Ekonomi Terpuruk, Keluarga di Afghanistan Kembali Mengais Rezeki Lewat Karpet

- 12 Desember 2021, 11:30 WIB
Seorang laki-laki tengah memikul permadani yang dihasilkan dari kegiatan menenun, sebuah tradisi yang berlangsung lama di Afghanistan.
Seorang laki-laki tengah memikul permadani yang dihasilkan dari kegiatan menenun, sebuah tradisi yang berlangsung lama di Afghanistan. /Foto: AFP

Baca Juga: Warga Afghanistan Ngeri, Taliban Pamerkan Mayat Terduga Penjahat di Alun-alun Kota Herat

"Ini adalah praktik yang sangat lama yang diturunkan nenek moyang kami kepada kami," katanya.

Sekarang mereka mengambil untaian dari benang sutra yang menjuntai sebelum melingkarkannya ke dalam lusi dan pakan permadani dengan energi yang tepat dan berirama.

Ketika karpet 12 meter selesai, mereka berharap akan menghasilkan uang hingga US$6.000 dolar.

Pusaka Nasional

Sekitar dua juta dari 38 juta penduduk Afghanistan bekerja di sektor karpet, demikian menurut Noor Mohammad Noori, yang mengepalai asosiasi pembuat karpet nasional.

Tapi permintaan telah merosot tajam sejak pengambilalihan negara oleh Taliban. Keadaan itu memicu eksodus ekspatriat yang bekerja untuk organisasi internasional.

Baca Juga: Seruan Agar Dunia Tak Akui Pemerintahan Taliban Menggema di Afghanistan

Karpet Afganistan terbuat dari sutra tenun Persia yang rumit hingga suku wol yang lebih sederhana, sebuah bahan yang yang amat dicari di seluruh dunia.

Namun dalam beberapa bulan terakhir, kata Kabir Rauf, semakin banyak orang membuat karpet. Rauf merupakan seorang pedagang di Kabul yang menggambarkan dagangannya sebagai pusaka nasional Afghanistan.

Halaman:

Editor: Muhammad Alfin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah