Seminggu di Bawah Rezim Taliban, Rakyat Afghanistan Alami Kelaparan dan Krisis Ekonomi

- 24 Agustus 2021, 16:30 WIB
Warga membawa bendera nasional pada protes mereka, Agustus 2021. /Reuters/Stringer
Warga membawa bendera nasional pada protes mereka, Agustus 2021. /Reuters/Stringer /

Bank tidak hanya kehilangan akses ke cadangannya, katanya, tetapi pengiriman mata uang fisik AS, yang diandalkan oleh sistem perbankan negara itu untuk memenuhi keinginan pelanggan akan alat tukar yang lebih stabil daripada afghani yang dikeluarkan pemerintah, kini telah tertutup.

Baca Juga: Bambang Widjojanto Kritik Napi Koruptor Jadi Penyuluh Antikorupsi, Netizen: Astaghfirullah

Kelangkaan dolar kemungkinan akan membuat nilai mata uang afghan akan terjun bebas,  harga barang dan jasa akan melambung tinggi, dan kebutuhan pokok jadi lebih langka karena bantuan internasional dan arus perdagangan terganggu.

"Taliban menang secara militer - tetapi sekarang mereka harus memerintah dan membangun ekonomi," tulis Ahmady. "Ini tidak mudah."

Ekonomi yang telah diambil alih Taliban sangat berubah dari yang mereka pimpin dari tahun 1996 hingga akhir tahun 2001.

Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru Agustus 2021, Lamar Disini ada Link Pendaftarannya

Terlepas dari berbagai masalah, ekonomi Afghanistan jauh lebih besar dan lebih urban daripada dua dekade lalu.

Pada tahun 2002, tahun pertama setelah penggulingan Rezim Taliban, produk domestik bruto resmi Afghanistan hanya $4 miliar.

Pada tahun 2020, menurut angka Bank Dunia, PDB negara itu hampir lima kali lipat, menjadi $19,8 miliar.

Di kota-kota besar, proyek infrastruktur membawa teknologi modern, seperti smartphone kepada rakyat umum di  Afghanistan.

Halaman:

Editor: R. Adi Surya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah