Seminggu di Bawah Rezim Taliban, Rakyat Afghanistan Alami Kelaparan dan Krisis Ekonomi

- 24 Agustus 2021, 16:30 WIB
Warga membawa bendera nasional pada protes mereka, Agustus 2021. /Reuters/Stringer
Warga membawa bendera nasional pada protes mereka, Agustus 2021. /Reuters/Stringer /

Setelah Taliban merebut Kabul pada hari Minggu, para donor mulai mengumumkan bahwa mereka akan mematikan keran keuangan, setidaknya untuk waktu dekat.

AS mengumumkan akan membekukan miliaran dolar dalam cadangan darurat yang disimpan oleh bank sentral Afghanistan di Federal Reserve Bank of New York.

Dana Moneter Internasional mengatakan bahwa tahap pendanaan senilai $450 juta, yang akan dikirimkan ke pemerintah Afghanistan minggu depan, akan ditangguhkan, dan Jerman mengumumkan bahwa bantuan terjadwal sebesar $300 juta tidak akan dikirimkan.

Baca Juga: Soal Penanganan Kasus Muhammad Kece, HNW: Jangan Sampai Umat Islam Rasakan Ketidakadilan Lagi

Presiden Joe Biden berjanji bahwa bantuan kemanusiaan akan terus mengalir ke negara itu meskipun Taliban mengambil alih.

"Kami akan terus mendukung rakyat Afghanistan. Kami akan memimpin dengan diplomasi kami, pengaruh internasional kami dan bantuan kemanusiaan kami," kata Biden.

Namun, penarikan total pasukan AS dan sekutu dari negara tersebut membuat keadaan semakin tidak jelas.

Baca Juga: Soal Permen Penguasaan Gas Bumi, Anggota DPR: Menteri ESDM Potensi Langgar UU Migas

Bagaimana organisasi bantuan internasional dan bantuan asing lainnya dapat beroperasi di negara itu?

Ajmal Ahmady, yang menjabat sebagai gubernur bank sentral Afghanistan dari 2019 hingga dia meninggalkan negara itu akhir pekan lalu, telah menggunakan akun Twitter-nya untuk menjelaskan kesulitan ekonomi yang mengerikan di negara itu.

Halaman:

Editor: R. Adi Surya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah