Pedoman Tangerang - Tokoh oposisi pemerintahan Vladimir Putin, Alexei Navalny, telah meninggal dunia pada Jumat (16/2) lalu. Pria berusia 47 tahun tersebut menghembuskan nafas terakhir di penjara Arktik.
Menurut laporan Reuters, Lembaga Pemasyarakatan Federal Distrik Otonomi Yamalo-Nenets mengeluarkan pernyataan bahwa Navalny merasa tidak sehat setelah berjalan-jalan di penjara yang berjarak sekitar 1.900 km (1.200 mil) timur laut Moskow menuju Lingkaran Arktik.
Navalny adalah seorang mantan pengacara yang terkenal setelah sepuluh tahun lalu menulis blog tentang korupsi yang meluas dan gaya hidup mewah dari elit Rusia.
Ini bukanlah kali pertama bagi penentang Presiden Rusia Vladimir Putin untuk meninggal secara misterius. Sebelumnya, Kepala pasukan Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, juga meninggal di wilayah utara Moskow pada Agustus tahun lalu.
Alexander Litvinenko, seorang kritikus Putin lainnya yang juga mantan agen KGB, juga meninggal pada tahun 2006 setelah meminum teh hijau yang dicampur dengan polonium-210. Nama-nama lain dari pengkritik Putin yang meninggal termasuk Alexander Perepilichny, Viktor Yushchenko, dan Anna Politkovskaya.
Kematian Navalny, tokoh oposisi pemerintahan Putin, telah memicu reaksi dari beberapa pemimpin dunia. Mereka secara bersama-sama mengutuk Putin. Berikut adalah rangkuman CNBC Indonesia, Minggu (18/2/2024).
Presiden AS, Joe Biden
Biden secara terbuka menyalahkan Putin atas kematian Navalny. Ia mengatakan bahwa meskipun tidak terkejut, ia marah atas kejadian yang menimpa pemimpin oposisi pemerintahan Rusia tersebut.
"Kami tidak tahu persis apa yang terjadi, tetapi tidak ada keraguan bahwa kematian Navalny adalah akibat dari tindakan Putin dan rezimnya," kata Biden di Gedung Putih setelah petugas penjara Rusia mengumumkan bahwa Navalny telah meninggal, seperti yang dilansir oleh Reuters.
"Pihak berwenang Rusia akan memberikan versi cerita mereka sendiri," kata Biden. "Namun, jangan salah paham. Putin bertanggung jawab atas kematian Navalny," tegasnya.
Baca Juga: Putin Mengancam Balasan atas Serangan 'Teroris' di Jembatan Crimea-Rusia
Biden juga menyatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan langkah-langkah tambahan untuk menghukum Rusia setelah kematian Navalny, serta memberikan penghormatan kepada pemimpin oposisi tersebut karena berani melawan korupsi dan kekerasan yang dilakukan oleh pemerintahan Putin.
"Kami sedang mempertimbangkan apa yang masih bisa kami lakukan," kata Biden saat menjawab pertanyaan dari wartawan.
"Kami sedang mempertimbangkan beberapa pilihan, hanya itu yang dapat saya sampaikan saat ini,” imbuhnya.
PM Inggris Rishi Sunak
Sunak memuji perjuangan Alexei Navalny sebagai pejuang yang paling gigih bagi demokrasi Rusia. Ia juga menghargai keberanian luar biasa yang dimiliki Navalny sepanjang hidupnya.
Menurut Sunak, kematian Navalny adalah berita yang sangat buruk dan tragedi besar bagi rakyat Rusia.
Baca Juga: Terpukul di Ukraina Timur, Putin Ajak Zelenskyy untuk Berunding
Tak hanya Sunak, Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, juga mengomentari Navalny dan mengutuk Putin melalui akun pribadinya.
"Di bawah kepemimpinan Putin, Rusia telah melakukan tuduhan palsu terhadap Navalny, meracuninya, dan mengirimnya ke Arktik. Sekarang dia meninggal dengan cara yang tragis. Tidak ada keraguan tentang sifat yang mengerikan dari rezim Putin," kata Cameron.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky
Zelensky mengutuk kematian Navalny dan menuntut agar Putin bertanggung jawab. Ia menyatakan bahwa Putin harus kehilangan segalanya sebagai akibat dari insiden ini.
"Jelas bahwa dia dibunuh oleh Putin, seperti ribuan orang lain yang telah menderita penyiksaan," kata Zelensky.
Sekjen NATO, Jens Stoltenberg
Stoltenberg menyatakan keprihatinannya atas laporan kematian Navalny. Menurutnya, Putin harus memberikan penjelasan atas insiden ini.
"Saya sangat sedih dan prihatin dengan laporan dari Rusia bahwa Alexei Navalny telah meninggal. Semua fakta harus diungkap dan Rusia memiliki pertanyaan serius yang harus dijawab," ucapnya.
Baca Juga: Menyesal Dukung Putin, Xi Jinping Dikabarkan Mulai Melirik Amerika Serikat
Kanselir Jerman, Olaf Scholz
Scholz, yang memiliki hubungan pribadi dengan Navalny, membagikan percakapannya dengan Biden tentang Navalny. Menurut Scholz, Navalny memiliki keberanian besar sehingga dia kembali ke Rusia setelah pulih di Berlin.
Kedatangan Navalny ke Berlin pada saat itu terkait dengan percobaan pembunuhan beberapa tahun yang lalu.
"Sekarang dia membayar dengan nyawanya atas keberaniannya," kata Scholz.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron
Macron menyebut Navalny sebagai sosok dengan jiwa yang bebas. Ia juga secara terang-terangan menyatakan bahwa pemerintahan Putin telah menjatuhkan hukuman mati terhadapnya.
"Di Rusia saat ini, orang-orang dengan jiwa yang bebas dikirim ke penjara dan dihukum mati," ujarnya.
Baca Juga: Putri dari 'Guru Spiritual' Putin Tewas dalam Serangan Bom di Rusia
PM Kanada, Justin Trudeau
Trudeau menyebut kematian Navalny sebagai bukti bahwa Putin adalah 'monster'.
"Ini benar-benar menunjukkan sejauh mana Putin... akan mengambil tindakan terhadap siapa pun yang memperjuangkan kebebasan rakyat Rusia. Dan ini adalah sesuatu yang mengingatkan kita semua bahwa Putin adalah monster," katanya.
PM Estonia, Kaja Kallas
Kallas menyebut pemerintahan Putin sebagai rezim jahat setelah laporan tentang kematian Navalny. Seperti pemimpin dunia lainnya dari sekutu AS, ia menyerukan pertanggungjawaban dari pemerintah Rusia.
"Kematian Alexei Navalny menjadi pengingat kelam tentang rezim jahat yang kita hadapi. Rusia dan semua pihak yang terlibat harus bertanggung jawab atas tindakan kejahatan mereka," ucapnya.
Baca Juga: Jarak Meja Putin pada Jokowi Terlihat Beda Dengan Jarak Putin ke Macron: Sohib Lama BungKarno?
PM Polandia, Donald Tusk
"Alexei, kami tidak akan pernah melupakanmu. Dan kami tidak akan pernah memaafkan mereka," kata Tusk melalui akun pribadinya.
Dalam pernyataan terpisah, Menteri Luar Negeri Polandia, Radoslaw Sikorski, meminta Putin bertanggung jawab atas kematian Navalny.
"Dia [Navalny] dihukum atas tuduhan palsu dengan bukti palsu. Dia dikirim ke penjara dengan kondisi yang mengerikan. Vladimir Putin bertanggung jawab atas semua ini," kata Sikorski.