Kehadiran Ali Imron menjadi pemandangan yang menarik. Sebab ia masih harus menyelesaikan masa tahanannya di penjara, tapi diberi kesempatan hadir oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus 88 Anti Teror (Densus 88), untuk menyampaikan pernyataan sikap tentang pencerahan yang ia dapatkan selama mendekam di hotel prodeo.
Buku The Power of Forgiveness: Memoar Korban Bom JW Marriott, merupakan karya yang ditulis berdasarkan pengalaman Tony Soemarno sebagai korban teror bom yang mengisahkan perjalanan hidupnya sejak menjadi korban bom JW Marriott 2003, hingga menjadi aktivis deradikalisasi yang aktif mengunjungi dan berdiskusi dengan para narapidana kasus teror di penjara.
Baca Juga: Disebut Pembunuh Brigadir J, Bharada E Sakit Hati, Refly Harun: Semoga Ia Berani Mengungkapkan...
Belakangan hari, Tony juga bergabung bersama FKAAI. Kisah-kasih yang ditulisnya sangat inspiratif untuk dibagikan demi mencegah terulangnya perbuatan aksi terorisme berikutnya.
Pembina FKAAI, Nasir Abas, mengatakan bahwa lembaga yang ia bentuk merupakan yang pertama kali di dunia.
"Saya ingin memberitahu kepada masyarakat dunia bahwa menyatukan para penyintas bom, penyintas aksi terorisme, mantan narapidana terorisme, dan mantan kombatan jihad, adalah sesuatu yang mungkin. Toh bersama mereka, kami telah banyak melakukan kegiatan kontra radikalisme dan deradikalisasi. Saya percaya, kita bisa membangun peradaban Islam yang lebih gemilang dengan saling memaafkan dan tentu bergandengan tangan," kata Nasir dalam sesi diskusi buku.
Sekadar menyegarkan ingatan, dari semua judul buku yang telah terbit terkait radikalisme-terorisme, inilah satu-satunya buku di dunia yang memuat kisah unik antara korban teror bom dengan para pelakunya.
Dimulai dari bagaimana seorang Tony Soemarno harus bangkit dari keterpurukan yang menerpa dirinya akibat direjam bom yang meledak sesaat sebelum ia makan siang di Hotel JW Marriott, Jakarta, pada 5 Agustus 2003 silam.
Baca Juga: Bharada E Bebas dari Pasal Pembunuhan Berencana, Ketua IPW: Brigadir J Disayat dan Dieksekusi
Bersama dengan Nasir Abas, mantan komandan Mantiqi Tiga Jamaah Islamiyah yang akhirnya turut membantu Pemerintah Republik Indonesia membongkar jaringan teror di bumi Nusantara, ia berinisiatif mengunjungi Ismail Datam, Tohir, Ali Imron, Umar Patek, dan Abu Bakar Baasyir, di lapas.