Sejarah Idul Adha Nabi Ibrahim Kurban Ishaq atau Ismail, Gusdur Beri Jawaban Menggelitik

20 Juli 2021, 11:30 WIB
Sejarah Idul Adha Nabi Ibrahim Kurban Ismail atau Ishaq, Gus Dur Beri jawaban Menggelitik /Kabar Tegal //Sandy

Pedoman Tangerang – Sejarah Idul Adha dimulai ketika Nabi Ibrahim Sembelih Ishaq atau Ismail menjadi pertanyaan karena kurban menjadi peristiwa bersejarah tidak hanya bagi umat Islam tetapi bagi agama samawi lainnya yang bersumber dari Abrahamik atau Nabi Ibrahim yaitu Yahudi dan Nasrani.

Sejarah Idul Adha Nabi Ibrahim Sembelih Ishaq atau Ismail terekam dalam kitab suci Alquran dan Alkitab. Hanya saja dalam redaksi Alquran nabi Ismail lah yang disembelih.

Sebaliknya dalam literatur Alkitab Sejarah Idul Adha Nabi Ishak-lah yang disembelih. Hal ini tentu menjadi perdebatan serius dikalangan penganut agama samawi manakah yang paling benar dan otentik diantara kitab suci mereka.

Baca Juga: Viral! Awan Menyerupai Lafaz Allah, Warganet : Semoga Jadi Pertanda Baik

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Presiden Keempat RI yang dikenal sangat toleran berikan jawaban yang bijaksana namun menggelitik ketika dihadapkan pertanyaan tersebut.

Dilansir dari Twitter @Gusdurians, Gus Dur menjawab dengan santai pertanyaan Nabi Ibrahim Kurban Ishaq atau Ismail.

"Gus, mana yang paling benar: Islam atau Kristen?" tanya seseorang menanggapi perbedaan kisah pengurbanan Nabi Ibrahim AS.

Baca Juga: Lafaz atau Lirik Takbiran Lengkap Idul Adha, Beserta Tata Caranya

Kata Gus Dur, “gak usah dipertentangkan karena sama-sama gak jadi disembelih,” jawab Gus Dur sambil terkekeh.

Sejarah Idul Ada

Dilansir dari situs resmi Pesantren Lirboyo, Jawa Timur Diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim bermimpi tiga malam berturut-turut, seakan ada yang berkata “Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk menyembelih anakmu ini. ”

Pada pagi harinya beliau berfikir dan merenung. Apakah ini dari Allah atau dari setan? Oleh karena itu, hari ini disebut dengan hari berfikir (Tarwiyah).

Kemudian pada malam berikutnya beliau mengalami mimpi yang sama. Lalu beliau tahu bahwa mimpi tersebut adalah dari Allah. Maka hari itu disebut dengan hari ‘arofah (mengetahui).

Selanjutnya pada malam ketiganya beliau kembali mengalami mimpi yang sama. Maka pada hari itu beliau melaksanakan penyembelihan. Sehingga hari itu disebut dengan hari Nahr (penyembelihan).

Baca Juga: Apa itu Sapi Limosin yang Jokowi Jadikan Kurban, Ternyata Aslinya Bukan dari Indonesia

Pada tanggal 10 DzulHijjah Nabi Ibrahim AS memerintah Nabi Isma’il As agar mengambil tali dan pisau, kemudian mengajaknya mencari kayu bakar ke lereng gunung.

Siti Hajar istri Nabi Ibrahim As juga menyangka bahwa kepergian mereka berdua untuk mencari kayu bakar.

Siti Hajar, Ibunda Nabi Isma’il As tidak luput dari godaan setan. Dikabarkan dari Ka’bul Akhbar dan Ibnu Ishaq, bahwa ketika setan melihat Nabi Ibrahim As hendak melaksanakan perintah penyembelihan ini, ia berkata:

“Sungguh, jika aku tidak sanggup menggoda keluarga Ibrahim dalam masalah ini, niscaya setelah ini aku tidak akan mampu selamanya menggoda salah satu keluarganya. ”

Baca Juga: Sapi Limosin Mahal, 8 Jenis Lainnya Bisa Kamu Pilh untuk Kurban

Setan kemudian menyamar sebagai seorang lelaki dan mendatangi ibu Nabi Isma’il As, yakni Siti Hajar, dan ia berkata: “Apakah kamu tahu ke mana Ibrahim membawa anakmu?”

Siti Hajar menjawab: “Ia membawanya untuk mencari kayu bakar bersama di lereng gunung ini.”

Setan berkata: “Tidak, demi Allah! Ia tidak membawanya melainkan untuk disembelih!”

Siti Hajar menimpali: “Tidak akan! Dia lebih menyayanginya dan lebih mencintainya (dari pada aku).”

Setan berkata: “Ia menyangka bahwa Tuhannya lah yang memerintahkan itu!”

Siti Hajar menjawab: “Jika Tuhannya memerintahnya dengan itu, maka sungguh ia begitu baik dalam menaati Tuhannya.”

Setan Putus Asa

Setan pun merasa putus asa dari Siti Hajar. Kemudian ia pergi menyusul Nabi Isma’il As yang ketika itu berjalan di belakang ayahnya.

Setan berkata: “Wahai anak kecil (usia Nabi Isma’il mendekati baligh), apakah kamu tahu, kamu akan dibawa ke mana oleh ayahmu?”

Nabi Isma’il menjawab: “Kami akan mencari kayu bakar bersama di lereng gunung ini.”

Setan berkata: “Tidak, demi Allah, ia tidak menginginkan kecuali menyembelihmu.”

Nabi Isma’il As Balik bertanya: “Mengapa?”

 Setan menjawab: “Sesungguhnya Tuhannya memerintahkan itu padanya.” Nabi Isma’il As Berkata: “Maka ayah harus melaksanakan perintah itu. Aku siap mendengarkan dan menaatinya.“

Ketika setan merasa putus asa dari Nabi Isma’il As ia pun menghadang Nabi Ibrahim As.

Setan bertanya: “Wahai orang tua, engkau ingin ke mana?”

Beliau menjawab: “Ke lereng gunung ini, karena ada sebuah keperluan.”

Setan berkata: “Demi Allah, sungguh aku melihat setan telah datang dalam mimpimu dan memerintahmu untuk menyembelih anakmu ini.”

Maka, Nabi Ibrahim As pun tahu bahwa lelaki itu adalah setan, lalu beliau berkata: “Menyingkirlah dariku wahai musuh Allah. Maka demi Allah, sungguh aku akan melaksanakan perintah Tuhanku ini!”

Dikabarkan bahwa Nabi Ibrahim Melempar setan tersebut ketika sampai di Jumrah ‘Aqobah dengan tujuh batu sampai ia menghilang.

Kemudian setan menampakkan dirinya lagi di Jumroh Wustho, dan Nabi Ibrahim melemparinya kembali dengan tujuh batu sampai ia menghilang. Lalu setan menampakkan dirinya lagi di Jumroh Kubro, dan Nabi Ibrahim As. Melemparinya kembali dengan tujuh batu sampai ia menghilahng. Untuk mengenang peristiwa ini, disyariatkanlah melempar Jumroh saat pelaksanaan haji dan umroh.

Kesanggupan Nabi Isma’il

Pembaca yang Budiman, Nabi Isma’il pun menyanggupi ajakan Nabi Ibrahim As karena ia mengetahui akan ketinggian derajat ayahnya sebagai Nabi dan Rasul yang mimpinya tidak akan disisipi bisikan setan.

Nabi Isma’il As tidak mengajukan banding kepada Allah agar perintah itu diperingan. Beliau sadar betul bahwa perintah Allah pasti akan mendatangkan kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan, kata-kata Nabi Isma’il As yang diabadikan dalam Al-Quran:

ستجدني إن شاء الله من الصابرين

 “Insya Allah Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. “ juga merupakan usaha Nabi Isma’il As untuk mendorong ayahnya agar juga sabar dalam menerima dan menjalankan perintah Allah.

Bahkan, Nabi Isma’il As mendukung apa yang dilakukan Nabi Ibarahim dengan berkata:

“Wahai ayahku, kuatkanlah tali ikatku supaya aku tidak bergerak meronta. Jagalah bajumu dariku supaya tidak ada bercak darah padanya, sehingga jika ibuku melihatnya ia akan sedih.

“Tajamkanlah pisaumu dan cepatlah dalam menjalankan pisaumu pada leherku supaya lebih mudah bagiku. Sungguh, kematian adalah hal yang berat. Jika engkau menemui ibuku, maka sampaikanlah salam padanya dariku. Jika engkau ingin mengembalikan bajuku pada ibuku, maka lakukanlah. Semoga hal itu lebih memudahkan Ibu (dalam menahan kesedihan). “

Nabi Ibrahim As berkata: “Engkau adalah pembantu terbaik dalam melaksanakan perintah Allah. “ Kemudian Nabi Ibrahim As menghadap Nabi Isma’il As seraya beliau menangis dan beliau mengikat Nabi Isma’il dan Nabi Isma’il juga menangis. Lalu Nabi Ibrahim meletakkan pisau pada leher Nabi Isma’il, tetapi apa yang terjadi? Leher Nabi Isma’il tidak tergores sama sekali. Kemudian Nabi Ibrahim menajamkan pisaunya kembali dua / tiga kali dengan batu. Akan tetapi tetap saja pisau tersebut tidak mampu menggoresnya sama sekali.

Ketika itu, Sang Putra berkata: “Wahai ayahku, telungkupkanlah aku, karena jika engkau melihat wajahku, aku khawatir engkau akan mengasihiku dan merasa tidak tega. Dan aku khawatir perasaan itu menghalangimu dari melaksanakan perintah Allah. “

Kemudian ketika Nabi Ibrahim meletakkan pisau pada tengkuk Nabi Isma’il, maka pisau tersebut terbalik dengan sendirinya. Saat itu juga Nabi Ibrahim dipanggil: “Wahai Ibrahim, sungguh engkau telah melaksanakan perintah dalam mimpimu. “

Kemudian sebagai ganti Nabi Isma’il, didatangkanlah domba besar dari surga yang pernah menjadi persembahan Habil, putra Nabi Adam As. Nabi Ibrahim pun menyembelih domba tersebut dengan membaca takbir.***

 

Editor: Rahman Sugidiyanto

Tags

Terkini

Terpopuler