Eropa-AS Gelagapan Hadapi Diplomasi Iran Soal Perundingan Nuklir

- 4 Desember 2021, 18:00 WIB
Wakil Sekjen European External Action Service (EEAS) Enrique Mora dan kepala perunding nuklir Iran Ali Bagheri Kani menunggu dimulainya pertemuan Komisi Gabungan JCPOA di Wina, Austria 3 Desember 2021.
Wakil Sekjen European External Action Service (EEAS) Enrique Mora dan kepala perunding nuklir Iran Ali Bagheri Kani menunggu dimulainya pertemuan Komisi Gabungan JCPOA di Wina, Austria 3 Desember 2021. /Foto: Reuters

"Minggu ini, ia (Iran) telah mundur dari kemajuan diplomatik yang dibuat," kata pejabat senior dari Prancis, Inggris dan Jerman dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Iran Sambut Pemerintahan Transisi Taliban, Raisi: Kesempatan untuk Menghidupkan Kembali Perdamaian Abadi

Tiga pejabat Eropa menyatakan kekecewaan dan keprihatinannya atas tuntutan Iran. Beberapa di antaranya mereka katakan tidak sesuai dengan persyaratan kesepakatan atau melampaui kesanggupan mereka.

Perjanjian 2015 memberlakukan batasan ketat pada kegiatan pengayaan uranium Iran. Iran membantah mencari senjata nuklir. Mereka menyatakan hanya ingin menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Sebagai imbalan atas pembatasan nuklir, kesepakatan 2015 yang dibuat oleh Iran dan enam kekuatan besar, yakni Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat - mencabut banyak sanksi AS, Uni Eropa, dan PBB terhadap Republik Islam tersebut.

Setelah lebih dari dua tahun kepatuhan Iran terhadap pembatasan inti, Presiden AS saat itu, Donald Trump, menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan pada 2018.

Baca Juga: PM Israel: Walau Kami Sendirian Tetap Bisa Hadapi Iran

Dia menyebut koalisinya terlalu lunak terhadap Teheran dan menerapkan kembali sanksi ekonomi AS yang menyakitkan bagi Teheran.

Pada 2019, Tehran akhirnya melanggar banyak batasan kesepakatan pada pengayaan dan batasan lainnya. Dengan manfaat kesepakatan nuklir yang sekarang terkikis parah, beberapa pejabat Barat mengatakan hanya ada sedikit waktu tersisa sebelum dasar kesepakatan itu rusak dan tidak dapat diperbaiki.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia pikir kemungkinan putaran pembicaraan saat ini tidak akan berhasil. Hal ini mengisyaratkan untuk melibatkan lebih banyak negara, seperti negara-negara Teluk Arab, dalam diskusi yang lebih luas jika pembicaraan Wina gagal.

Halaman:

Editor: Muhammad Alfin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah