Pedoman Tangerang - Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak, mendesak pemerintah melakukan terobosan baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk mengatasi berlarut-larutnya kelangkaan kontainer.
Jika tidak segera diatasi, kelangkaan kontainer bisa mengancam proses pemulihan ekonomi Indonesia. Sebab, pertumbuhan ekonomi saat ini banyak ditopang oleh meningkatnya ekspor.
“Saya yakin sebetulnya kontainer kosong itu, tersedia dalam jumlah besar. Hanya masalahnya tidak ada data, ada di mana dan berapa jumlahnya,” kata Amin dalam keterangan tertulis yang diterima Pedoman Tangerang–jaringan Pikiran Rakyat–Jumat, 3 Desember 2021.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, saat ini kebutuhan kontainer untuk industri furnitur mencapai lebih dari 1.000 kontainer per bulan. Kemudian industri makanan dan minuman mencapai 4.000 kontainer per bulan.
Menurut Amin, kunci mengatasi kelangkaan kontainer adalah mengoptimalkan utilisasi perputaran (reposisi) peti kemas dengan mengupayakan pengeluaran/pemanfaatan peti kemas, agar peti kemas yang sudah kosong bisa segera digunakan kembali.
Amin mengatakan terganggunya kelancaran arus barang ekspor dan impor Indonesia ekspor komoditas, bahkan juga mengancam kelangsungan produksi dan bisa berujung pada gelombang pemutusan hubungan kerja.
Untuk terobosan jangka pendek, Amin mendesak pemerintah mengoptimalkan kerjasama-kerjasama perdagangan baik secara bilateral dengan berbagai negara, maupun dalam konteks kawasan seperti kerjasama perdagangan ASEAN, Asia Pasifik, maupun dengan Uni Eropa.
Indonesia bisa bertukar data dan informasi ketersediaan kontainer dengan negara-negara yang menjadi mitra dagang Indonesia.
Kontainer-kontainer tersebut terpaksa menumpuk di pelabuhan-pelabuhan di sejumlah negara karena pelambatan ekonomi akibat Pandemi. Dengan memaksimalkan pertukaran informasi maupun kerjasama pengadaan kontainer dengan mitra dagang, diharapkan persoalan ini bisa diatasi.
Baca Juga: Upaya Hidupkan Ekonomi, Jokowi Minta Bank Tingkatkan Penyaluran Kredit
Kelangkaan ini juga harus dijadikan momentum oleh pemerintah untuk membangun dan mengembangkan digitalisasi data dan arus perputaran kontainer dan sistem penunjang ekspor lainnya.
Digitalisasi sistem penunjang ekspor ini, juga diharapkan bisa memecahkan tingginya biaya logistik yang menjadi keluhan pengusaha selama ini.
Adapun terobosan jangka panjang, kata Amin, Indonesia harus membangun kemandirian industri kontainer di dalam negeri. Dengan begitu, ke depan, tidak terjadi kelangkaan seperti sekarang.
Selain itu diharapkan biaya kontainer pun bisa ditekan sehingga komoditas ekspor Indonesia bisa lebih berdaya saing.***