Menakar Sosok Cawapres Alternatif untuk Prabowo

8 Oktober 2023, 13:44 WIB
Menakar Sosok Cawapres Alternatif untuk Prabowo /R. Adi Surya /

Pedoman Tangerang - Elektabilitas Prabowo Subianto masih diperingkat atas dibandingkan dua pesaingnya dalam pencapresan 2024. Ini menandakan kepercayaan publik pada Prabowo Subianto masih sangat tinggi.

Kepercayaan publik terhadap Prabowo sebagai bakal presiden di 2024 akan bertambah kuat jika segenap partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) dapat memasangkan Prabowo dengan sosok yang tepat.

Di berbagai media massa, tersiar calon-calon yang seyogyanya cocok untuk mendampingi Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden (cawapres), mulai dari Airlangga Hartarto, Yusril Ihza Mahendra, Erick Thohir, hingga putra kesayangan Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming.

Tokoh-tokoh di atas adalah sosok 'emas' yang memiliki prestasi dalam kariernya masing-masing. Namun dalam membawa arah Indonesia ke depan sekaligus mengamankan dukungan publik, Prabowo harus bisa memilih sosok yang tepat.

Telah kita ketahui, Prabowo adalah individu yang punya integritas tinggi. Sebagai seorang militer, ia memiliki kharisma dan ketegasan dalam memimpin.

Namun background militernya tidak serta merta cocok dibawa ke panggung kepresidenan. 

Banyak tokoh yang masih skeptis dengan Prabowo, entah karena terlalu alergi pada militerisme atau karena risih terkait rekam jejaknya di masa lalu sebagai seorang prajurit.

Namun rasa skeptik itu tidaklah adil jika kita tidak melihat beberapa terobosan dan prestasinya dalam bidang militer atau sebagai menteri.

Meski demikian, ketakutan sebagian orang terhadap militerisme tak bisa dihapus dengan mudah. Karena itu kata kuncinya terletak di sosok cawapres. 

Ketepatan sosok cawapres benar-benar hal yang sangat penting. Bukan hanya sekedar pada kontestasi pilpres, tapi kepemimpinan seorang Prabowo di masa mendatang.

Lihat bagaimana tepatnya Presiden Jokowi ketika memilih sosok Jusuf Kalla, seorang negarawan yang ulet dengan insting ekonomi yang jitu.

Begitu pula dengan pilihan Jokowi ketika mengandeng Maruf Amin. Isu-isu sara dan isu agama yang dilekatkan pada dirinya sukses dibersihkan.

Karena itu untuk mengimbangi sosok Prabowo yang tegas, perlu kiranya seorang sipil yang cerdas dan memiliki rekam jejak sejarah yang tak diragukan.

Sosok yang bisa mewujudkan cita-cita Prabowo yang masih dalam ranah konsepsional ke ranah yang lebih konkret.

Bagi saya pribadi, sosok itu adalah Budiman Sudjatmiko. 

Bukan berarti hendak mendahului keputusan koalisi, namun patut dipertimbangkan alternatif terbaik untuk sosok wakil presiden yang mampu mendampingi Prabowo selama 5 tahun ke depan.

Prabowo adalah militer, Budiman adalah sipil aktivis.

Ketika pintu demokrasi mulai terbuka, Prabowo adalah seorang komandan militer, sedangkan Budiman adalah aktivis yang dekat dengan massa rakyat.

Prabowo adalah sosok tegas dan Budiman adalah sosok lembut dan memiliki bahasa tubuh yang mampu dipahami siapapun.

Prabowo mempunyai mimpi ketahanan pangan yang kuat, sedangkan Budiman memiliki strategi pembangunan ekonomi desa.

Yang mana kita tahu desa adalah 'sumber pangan' bagi masyarakat perkotaan. Gagasan ekonomi desa ini sudah terwujud lewat UU Desa yang dirancang oleh Budiman Sudjatmiko ketika ia menjabat sebagai wakil rakyat.

Pun kita tahu Prabowo adalah sosok yang konsen pada bidang pertahanan nasional, hal itu dicerminkan lewat program Komponen Cadangan (Komcad) yang diisi oleh sipil.

Program ini sebenarnya satu frekuensi dengan konsepsi Budiman mengenai kekuatan massa rakyat dalam mengawal demokrasi dan keutuhan negara.

Mempertimbangkan beberapa hal di atas, tak dapat kita pungkiri bahwa sosok Prabowo dan Budiman merupakan dua individu yang saling berkorelasi.

Jika dua person ini saling bertemu, ini bukan hanya luarbiasa, tapi saling melengkapi dan 'duet maut' yang membuat kita optimis Indonesia dapat mengarungi badai kritis.

Salam dunia politik "siapa yang menjadi apa" adalah mungkin, konstelasi politik begitu cair dan banyak kejutan.

Joko Widodo memilih Jusuf Kalla meski partai pak JK tidak berkoalisi dengannya, begitu pula Kyai Maruf Amin seorang non politisi.

Dari hingar bingar perpolitikan saat ini, yang menjadi tujuan penting bukanlah merebut kekuasaan tertinggi di NKRI, tetapi kesejahteraan rakyat. Sebab rakyat lah sang pemilik kekuasaan tertinggi di negeri ini.***

 

Editor: R. Adi Surya

Tags

Terkini

Terpopuler