Logoterapi dalam kerangka kerja Frankl bukan ingin menegaskan bahwa kemampuan bertahanlah yang membuat kita tetap hidup sampai sekarang, melainkan bagaimana kita telaten memeras makna dari keadaan-kenyataan yang dialami, sebagai bekal perjalanan hidup selanjutnya.
Kerana hidup mengandung arti dan makna, mesti ada artinya sebuah penderitaan serta apa maknanya bagi kita. Lantaran penderitaan adalah bagian tak terpisah dari kehidupan manusia. Tanpa penderitaan, keberadaan kita di dunia takkan pernah sempurna.
Kita perlu menghadapi seluruh bentuk penderitaan, dan berusaha mengurangi rasa takut dan lemah. Menangislah jika perlu, sebab airmata merupakan saksi dari keberanian manusia yang terbesar; yakni berani tuk menderita. Oleh karena itu, kita tak perlu mengharap apa pun dari kehidupan ini. Sebaliknya, kehidupan telah memberi begitu banyak pada kita—yang kerap kali luput bersyukur.
Jikalau detik per detik yang kita lintasi berhasil disadari sebagai anugerah Tuhan, yang hanya diperuntukkan untuk diri ini semata, niscaya ada begitu banyak alasan untuk menikmati kehidupan yang kita jalani. Seperti bagaimana cinta tetap bertahan di dalam hati kita, sementara seseorang yang kita cintai nun bersemayam di dalam tanah.
Ternyata bukan tubuhnya yang membuat kita betah mencinta, tetapi keindahan pikiran dan kehalusan perasaannya selama bersama kita serta jejak kebaikan yang telah ia tinggalkan di dalam jaringan kenangan. Manusia pada akhirnya memang perlu menyadari betapa sejatinya ia adalah sekumpulan makna yang berjalin kelindan di muka bumi.***
Kontributor: Ren Muhammad