Kisah Perseteruan Stalin dan Trotsky: Dua Raksasa Partai Komunis Uni Soviet yang Saling Meruntuhkan

- 22 Agustus 2021, 11:47 WIB
Foto Stalin, Lenin, dan Trotsky pada masa Revolusi Oktober 1917
Foto Stalin, Lenin, dan Trotsky pada masa Revolusi Oktober 1917 /

Pedoman Tangerang - Dua raksasa negara adi daya yang dihormati, awalnya saling merangkul tapi berakhir saling pukul, inilah gambaran singkat persahabatan antara Trotsky dan Stalin.

Leon Trotsky, adalah seorang pemimpin revolusi Bolshevik sekaligus arsitek yang merancang sistem di Uni Soviet.

Namanya harum di Uni Soviet selama Revolusi Oktober dan perang saudara.

Lenin sangat menyayangi Trotsky dan memberinya kepercayaan sebagai tangan kanannya sekaligus sebagai panglima tentara merah.

Baca Juga: Isu Perselingkuhan dengan Raffi Ahmad Kembali Hangat, Ayu Ting Ting: Ini Sudah Kelewatan

Namun pasca Lenin wafat, ia harus menghadapi kenyataan pahit, ia terpaksa dideportasi oleh pemimpin Soviet Joseph Stalin ke Alma-Ata di kawasan terpencil Asia Tengah Soviet karena pandangan politiknya yang bertentangan dengan Stalin.

Dia tinggal di sana, disebuah pengasingan internal selama setahun sebelum dibuang dari Uni Soviet selamanya oleh Stalin.

Lahir di Ukraina dari orang tua Rusia-Yahudi pada tahun 1879, Trotsky memeluk Marxisme saat remaja dan kemudian keluar dari Universitas Odessa untuk membantu mengorganisir Serikat Pekerja Rusia Selatan bawah tanah.

Baca Juga: Minum Obat Kuat Ternyata Berbahaya? Jangan Sembarangan Nanti Bisa Begini Kata Clarin Hayes

Pada tahun 1898, ia ditangkap dan dijebloskan ke penjara oleh Pemerintah Rusia karena kegiatan revolusionernya, pada tahun 1900 dia diasingkan ke Siberia.

Pada tahun 1902, ia melarikan diri ke Inggris menggunakan paspor palsu dengan nama Leon Trotsky (nama aslinya adalah Lev Davidovich Bronstein). Di London, ia berkolaborasi dengan revolusioner Bolshevik Vladimir Ilyich Lenin tetapi kemudian memihak faksi Menshevik yang menganjurkan pendekatan demokratis terhadap sosialisme. Dengan pecahnya Revolusi Rusia tahun 1905, Trotsky kembali ke Rusia dan kembali diasingkan ke Siberia.

Selama dekade berikutnya, ia diusir dari serangkaian negara karena kegiatan radikalinya, ia tinggal di Swiss, Paris, Spanyol dan New York City sebelum kembali ke Rusia pada pecahnya revolusi pada tahun 1917.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta 22 Agustus 2021, Gemini Keharmonisan Cinta Anda Terganggu, Leo Bahagia

Trotsky dikenal sebagai keahliannya memobilisasi massa dan memainkan taktik perang.

Sebelum Revolusi Oktober 1917 meletus, ia sudah memainkan peran utama dalam perebutan kekuasaan, menaklukkan sebagian besar Petrograd yang dilakukan oleh sekelompok pemberontak Bolshevik.

Seusai perang dunia pertama, Trotsky yang cakap bernegosiasi akhirnya diangkat sebagai sekretaris Lenin, selain itu Trotsky diserahi tugas untuk menjalin hubungan diplomatik ke beberapa negara sembari ia bernegosiasi dengan Jerman untuk mengakhiri keterlibatan Rusia dalam Perang Dunia I.

Baca Juga: Jusuf Kalla: Afganistan di Bawah Taliban Akan Alami Tranformasi Besar

Pada tahun 1918, ia menjadi komisaris perang dan mulai membangun Tentara Merah, yang berhasil mengalahkan oposisi anti-Komunis dalam Perang Saudara Rusia.

Pada awal 1920-an, pengaruh Trotsky sangat kuat dikalangan bolshevik dan diprediksi sebagai  pewaris utama Lenin,  tetapi sayang, popularitasnya dikalangan rakyat berbanding terbalik dikalangan Bolshevik.

Kalangan Bolshevik sudah dimobilisasi oleh Stalin untuk menikung Trotsky.

Baca Juga: Kisah Sedih, Yatim Akibat Ditinggal Wafat Ayahnya Karena Covid-19

setelah Lenin jatuh sakit pada tahun 1922 dominasi Trotsky terus digerus oleh grup Stalin cs.

Hingga akhirnya pada tahun 1924, Lenin meninggal, dan Joseph Stalin muncul sebagai pemimpin Uni Soviet.

Perseteruan antara Trotsky dan Stalin semakin merungcing, Trotsky menolak kebijakan yang dinyatakan Stalin, Trotsky menyerukan revolusi dunia yang berkelanjutan (Revolusi Permanen).

Dia juga mengkritik rezim baru karena tak menekan demokrasi di dalam Partai Komunis dan karena gagal mengembangkan perencanaan ekonomi yang memadai.

Baca Juga: Masa Depan Indonesia Butuh Imajinasi Besar, Anis Matta: Aliansi Kampus Harus Pelopori Gerakan Pemikiran

Sebagai tanggapan, Stalin dan para pendukungnya melancarkan serangan balasan propaganda melawan Trotsky.

Tak lama setelah Lenin meninggal, Stalin mencopot Trotsky dari jabatannya di komisariat perang.

Satu tahun kemudian, ia dikeluarkan dari Politbiro dan pada tahun 1927 dari Partai Komunis.

Baca Juga: Margo City Ambruk, 4 Orang Dilarikan ke RS karena Tertimpa Gipsum

Pada Januari 1928, Trotsky memulai pengasingannya di Alma-Ata dan Januari berikutnya diusir dari Uni Soviet .

Dia diterima oleh pemerintah Turki dan menetap di pulau Prinkipo, di mana dia bekerja untuk menyelesaikan otobiografinya dan sejarah Revolusi Rusia.

Setelah empat tahun di Turki, Trotsky tinggal di Prancis dan kemudian Norwegia hingga pada akhirnya, ia diberikan suaka di Meksiko pada tahun 1936.

Trotsky menetap dengan keluarganya di pinggiran kota Mexico City.

Baca Juga: Ada Loker untuk SMA dan S1 di PT Aplus Pacific, Yuk Lamar!

Bagi Trotsky hidup dipengasingan masih lebih baik ketimbang hidup bebas di Soviet namun harus tunduk pada Stalin.

Meskipun Trotsky sudah kabur diri dari Uni Soviet, namun watak paranoid Stalin membuat Trotsky terus diburu

Trotsky dinyatakan bersalah atas pengkhianatan in absentia selama pembersihan Stalin dari musuh politiknya.

Dia selamat dari serangan senapan mesin di rumahnya tetapi pada 20 Agustus 1940, Trotsky menjadi mangsa dari seorang Komunis Spanyol, Ramon Mercader, (antek Stalin) yang melukainya dengan kapak es. Dia meninggal karena luka dikepala pada hari berikutnya.***

Editor: R. Adi Surya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah