Kisah Siti Walidah, Nyai Ahmad Dahlan, Perempuan Berperan Penting dalam Pendidikan Indonesia

- 16 Juli 2021, 19:00 WIB
Nyai Ahmad Dahlan, Perempuan yang Berperan Penting dalam Pendidikan Indonesia
Nyai Ahmad Dahlan, Perempuan yang Berperan Penting dalam Pendidikan Indonesia /Ahyar/ARAHKATA

Pada 22 April 1917, nama perkumpulan tersebut resmi diubah menjadi Aisyiyah. Nama Aisyiyah merujuk pada nama istri Nabi Muhammad SAW, yaitu Aisyiah binti Abu Bakar. Siti Walidah pun resmi ditunjuk menjadi Ketua Aisyiyah.

Lima tahun kemudian, Aisyiyah secara organisasi resmi menjadi bagian dari Muhammadiyah. Sekolah-sekolah di bawah naungan Aisyiyah pun mulai didirikan. Misalnya, sekolah taman kanak-kanak pertama di Indonesia bernama Frobel dan sekolah dasar untuk perempuan dengan nama Volk School.

Selain mendirikan sekolah, Aisyiyah juga banyak mengadakan kegiatan yang mendukung kemajuan perempuan. Salah satunya, Aisyiyah membuat program pemberantasan buta huruf pertama di Indonesia, baik huruf Arab maupun latin. Selain itu, Aisyiyah juga menjadi pelopor Kongres Wanita Pertama di Indonesia. Tak hanya itu, organisasi ini juga aktif meningkatkan pengetahuan dan mendorong partisipasi perempuan dalam ranah publik.

Baca Juga: Bikin Haru, Kisah Bidan Ingin Jadi Tahfidz Alquran Sungguh Menyentuh

Nyai Ahmad Dahlan pun semakin semangat memperjuangkan emansipasi wanita. Ia tidak setuju dengan konsep patriarki yang menilai seorang istri hanyalah mitra bagi suaminya. Selain itu, Siti juga menentang praktik kawin paksa.

Ketika Ahmad Dahlan wafat pada 1923, Siti tetap semangat meneruskan perjuangan suaminya di bidang pendidikan. Dirinya pun menggantikan suaminya menjadi pemimpin Kongres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya. Menjadikannya perempuan pertama yang memimpin pertemuan sebesar itu.

Berjuang melawan Jepang dan Belanda

Seiring Muhammadiyah yang semakin berpengaruh dalam pergerakan nasional, Aisyiyah turut berkembang semakin besar. Anggotanya semakin banyak dan cabang-cabangnya di berbagai daerah di Indonesia juga kian bertambah. Nyai Ahmad Dahlan terus memimpin Aisyiyah hingga 1934.

Namun, pada 1943, keberadaan Aisyiyah dilarang oleh pemerintahan militer Jepang. Walaupun begitu, semangat Siti untuk memperjuangkan pendidikan perempuan Indonesia tak surut. Ia terjun langsung memberikan pendidikan bagi anak-anak Indonesia dengan bekerja di sekolah-sekolah bentukan Jepang.

Nyai Ahmad Dahlan juga tak segan menentang sejumlah ritual yang dipaksakan oleh pasukan Jepang kepada rakyat Indonesia. Contohnya, menyanyikan lagu kebangsaan Jepang serta hormat ke arah matahari dan bendera Jepang.

Halaman:

Editor: Alfin Pulungan

Sumber: Perempuan Indonesia Satu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x