Mengenal Wayang Golek Cepak, Estetika Pesisir Utara Jawa yang Ditelan Masa

4 Juli 2021, 19:55 WIB
Ilustrasi wayang golek cepak /Ensiklopedia Jakarta/

Pedoman Tangerang - Indonesia banyak kesenian unik dan estetik yang telah mendunia, salah satunya adalah wayang.

Kini wayang sudah diakui sebagai kekayaan budaya Indonesia oleh UNESCO, bahkan para dalang pun kerap mentas dibeberapa negara sahabat untuk menunjukkan keahliannya.

Di Indonesia, kesenian wayang yang paling digemari adalah wayang Purwa, baik wayang kulit atau golek.

Baca Juga: Download Video TikTok Tanpa Watermark, Gampang Banget Ikuti Tips Berikut

Kisah wayang Purwa tak lepas dari kisah epos Ramayana dan Mahabharata dengan tokoh seperti Rama, Shinta, Anoman, Rahwana, Krisna, Arjuna, Bima, Duryudana dan tokoh pewayangan Purwa lainnya.

Namun selain itu, ada pula jenis-jenis wayang yang dilupakan, contohnya adalah wayang klitik, wayang beber, dan garing.

Di wilayah pesisir Utara Pulau Jawa, terdapat kesenian wayang diluar wayang Purwa, yaitu wayang cepak.

Baca Juga: PLN Beri Diskon Kepada Kalangan ini Mulai Juli Hingga September 2021, Simak Penjelasannya

Wayang Golek Cepak atau Wayang Golek Papak adalah wayang tiga dimensi berbahan kayu, yang bagian kepalanya cenderung rata.

“Cepak” merupakan istilah dalam bahasa Sunda, sedangkan “papak” dari bahasa Jawa.

Boneka wayang golek cepak sebagian besar mengenakan aksesori sederhana berupa ikat kepala.

Baca Juga: Simak! 3 Titik Lokasi Penyekatan PPKM Darurat di Kota Tangerang Selatan

Jenis wayang golek ini tidak hanya ada di Cirebon dan Indramayu, tetapi juga ditemukan di Tegal.

Wayang Golek Cepak atau Wayang Cepak yang ada di Cirebon dengan Indramayu sebenarnya sama, perbedaannya hanya pada bahasa pengantar pertunjukannya.

Pertunjukan wayang golek cepak Indramayu menggunakan “basadermayon”, yaitu bahasa Cirebon dialek Indramayu yang khas dalam tuturannya, baik lakon maupun gaya candanya.

Baca Juga: Seorang Wanita Divonis 11 Tahun Penjara, Usai Menikahi Lelaki Secara Bersamaan

Dalam sejarahnya, wayang golek cepak mulai dikenal di Cirebon pada masa Sunan Gunung Jati (1479-1568), yang mementaskannya sebagai media dakwah untuk menarik masyarakat Cirebon mengenal ajaran Islam.

Sedangkan kehadiran wayang golek cepak di Indramayu menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diperkirakan baru dibuat sekitar tahun 1800-an, tetapi jika menilik wayang golek cepak koleksi Ki Akhmadi yang sudah berusia 300 tahun, bisa jadi kehadirannya lebih tua dari itu, sekitar tahun 1700-an.

Ki Akhmadi adalah seorang dalang wayang golek cepak penerus tradisi dalang dari 5 generasi sebelumnya, keturunan dari Ki Pugas yang hijrah dari Yogyakarta ke Indramayu untuk mencari inovasi baru dalam dunia pedalangan.

Baca Juga: Lagi Isolasi Mandiri? Ini 3 Hal yang Perlu Kamu Lakukan Biar Cepat Sembuh

Ki Akhmadi (70) selalu setia melestarikan wayang golek cepak. Baginya wayang golek cepak adalah bagian dari hidupnya

Ki Pugas lah yang membuat wayang dengan karakter Dermayonan atau tidak bermahkota, dibantu oleh dua pengrajin wayang pilihannya.

Wayang Cepak mengangkat kisah dari beberapa sumber, yaitu Serat Mènak, Babad Dermayu dan Babad Cirebon, Legenda, Epos Panji, Kerajaan, dan Kisah-kisah Wali.

Baca Juga: Polres Metro Tangerang Kerahkan Ratusan Personel Gabungan Untuk Jaga PPKM Darurat

Serat Mènak merupakan saduran Hikayat Amir Hamzah yang sumbernya Qisaa’I Emr Hamza dari Persia (kisah imajiner tentang paman Nabi Muhammad yang selalu membantu melawan musuh-musuh Islam dengan gagah berani).

Cerita Mènak antara lain Umar Maya, Umar Madi, Amir Ing Srandil, Amir Ing Al Karib, Amir Ing Mendayin, Ahmad Muhammad, Durahman-Durahim, Jayeng Murti, Repatmaja Imam Suwangsa, Lokayanti Raja Nuryatin, dan Sayidina Ali Perang Lahad.

Pengambilan kisah dari Serat Mènak menjadikan Wayang Golek Cepak dahulunya dikenal dengan nama Wayang Golek Menak, sama seperti yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Baca Juga: 63 Pasien di Yogyakarta Meninggal karena Krisis Oksigen, DPR Minta Menkes Segera Turun Tangan

Lakon Legenda mengangkat cerita rakyat seperti Ciungwanara, Sangkuriang, Walangsungsang, dan Rarasantang.

Lakon Panji berpusat pada kisah kehidupan Raden Panji dengan latar belakang kerajaan Kahuripan dan Jenggala di Jawa Timur, terutama tentang perjalanan Raden Panji mencari Dewi Sekartaji.

Lakon Panji antara lain Panji Kudawanengpati, Panji Gagak Pernala, Jaransari-Jaranpurnama, Panji Sutra, Panji Tumang, Panji Asmarabangun, Panji Wulung, dan Panji Kasmaran.

Baca Juga: Hari Kedua PPKM Darurat, Gus Halim Minta Masyarakat Desa Tetap Patuhi Prokes

Lakon dari Babad Dermayu dan Babad Cirebon mengangkat kisah tentang para raja dan asal usul sebuah daerah atau kisah yang berkembang di masyarakat.

Cerita Babad antara lain tentang tokoh Islam di Cirebon Nyi Mas Gandasari dan Ki Kuwu Sangkan, atau terbentuknya wilayah Indramayu yang diawali cerita Endang Darma, pendekar perempuan yang di akhir kisah bertarung melawan Pangeran Wiralodra.

Aria Wiralodra adalah tokoh idola para penonton wayang cepak di Indramayu. Sosok yang digambarkan gagah, sakti dan berwibawa, selalu memberikan inspirasi positif pada masyarakat khususnya penduduk asli Indramayu.

Baca Juga: Kampung Warna Warni Jodipan dan Kampung Wisata Malang Ditutup di Masa PPKM Darurat

Lakon Kisah-kisah Wali dengan repertoar antara lain Kanjeng Sunan Kalijaga dan Kanjeng Sunan Gunung Jati.


Para dalang meyakini bahwa Wayang Golek Cepak merupakan media penyebaran Islam, sehingga sebelum memulai pertunjukan biasanya sang dalang selalu membaca kalimat Tauhid “Laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulullah” disertai dengan menggerakkan Gunungan Wayang sebagai tanda pertunjukan akan dimulai.

Dahulu wayang cepak sempat menjadi primadona dalam kesenian dan hiburan di wilayah Utara pulau Jawa.

Baca Juga: Yuk Simak! 4 Manfaat Konsumsi Timun Setiap Hari Bagi Kesehatan Tubuh

Ki Akhmadi sendiri mengaku dahulu jadwal manggung selalu penuh karena tingginya minat masyarakat untuk menonton wayang cepak.

Namun seiring perkembangan zaman dan hadirnya hiburan modern, wayang cepak mulai sepi peminat.

Kini wayang cepak hanya dipertunjukan untuk upacara tertentu saja, seperti Ngunjung Buyut (nadran, ziarah), kaul (nazar), potong gigi atau pangur, dan ruwatan (ngaruwat, melakukan ritus inisiasi) untuk menjauhkan marabahaya dari diri sukerta (orang yang diruwat).

Dibutuhkan inovasi dan pembaruan dalam pertunjukam wayang golek cepak untuk dapat bersaing di era modern ini.***

Editor: R. Adi Surya

Sumber: Ensiklopedia Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler