Network
Pedoman Tangerang - Putusan tidak menahan Putri Candrawathi meski telah resmi berstatus tersangka kasus pembunuhan berencana Brigadir J menuai banyak kecaman publik. Anggapan soal cacatnya penegakan hukum di negara ini pun makin tak terbantahkan.
Salah satu pihak yang juga ikut geram atas ketimpangan hukum tersebut adalah Budayawan Sujiwo Tejo. Sosok yang juga menjabat sebagai Presiden Republik Jancukers ini bahkan membuat pernyataan yang diduga menyindir istri eks Kadiv Propam Polri itu.
Lewat akun instagramnya @president_jancukers, Sujiwo Tejo menuliskan pernyataan satire soal kebinekaan bayi yang dikaitkan dengan status ibunya yang terancam masuk bui.
Seperti diberitakan, alasan Putri Candrawathi tidak dijebloskan ke penjara lantaran masih memiliki balita berusia 1,5 tahun.
Menurut Sujiwo, ada tiga kelompok kebinekaan bayi, yakni bayi yang tak mau ditinggal ibunya ke penjara dan bayi yang ingin ikut ibunya hidup bersama di penjara.
“(Yang ketiga) bayi yang oke-oke saja ditinggal ibunya hidup di bui," tulis Sujiwo Tejo dikutip Sabtu, 10 September 2022.
Dalam unggahannya yang berbeda, Sujiwo Tejo juga kembali membahas soal bayi dan ibu kandungnya. Menurutnya, bayi-bayi yang terlahir menjadi tameng bagi ibunya adalah calon orang hebat. Dengan demikian, bayi tersebut akan mampu mengemban tanggung jawab yang lebih di masa depan, yakni melindungi Ibu Pertiwi.
"Bila masih bayi saja sudah mampu melindungi ibu kandungnya dari penjara, kelak besarnya pantas diharapkan mampu melindungi ibunya yang lebih besar, IBU PERTIWI, dari penjara yang lebih besar pula: Krisis ekonomi global, Perang Dunia III dll...Ini bukan PHP. Ini tentang optimisme bangsa pewaris keagungan Sriwijaya dan Majapahit, Cuuuk! I mean it," tandasnya.
Untuk diketahui, istri Ferdy Sambo itu tidak ditahan sebagaimana empat tersangka lain hanya karena masih harus mengasuh anaknya. Padahal, kasus hukum yang berkenaan dengan ibu dan anak bukan baru terjadi kali ini. Banyak ibu yang masih menyusui, bahkan baru beberapa hari melahirkan tetap dijebloskan ke penjara saat divonis melanggar hukum.***
