Soal 279 Juta Data BPJS Bocor, Indonesia Bisa Tiru China dan Rusia

- 30 Mei 2021, 12:23 WIB
BSSN membantu penyelidikan kebocoran 279 juta data penduduk Indonesia.
BSSN membantu penyelidikan kebocoran 279 juta data penduduk Indonesia. /Sumber: Pexels / Negative Space/

Pedoman Tangerang - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora)  meminta pemerintah Indonesia segera merumuskan sistem dan strategi pertahanan baru di era digital. Hal ini menyangkut keamanan nasional pasca pembobolan 279 juta data WNI di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. 

"Sekarang  baru kebobolan data BPJS, kita belum kebayang kalau data militer, kepolisian, dan seterusnya itu semua bobol. Ini yang kita belum kebayang," kata Anis Matta dalam Gelora Talk 'Sistem Keamanan Nasional di Era Digital' di Gelora Media Centre, Jakarta, Sabtu (29 Mei 2021) petang.

Dalam diskusi yang juga dihadiri Menkominfo 2014-2019 Rudiantara, serta pakar intelijen dan keamanan Andi Wijayanto itu, Anis Matta menegaskan, dengan sistem pertahanan baru tersebut, maka akan cepat diketahui kelemahannya dimana,  apabila keamanan digitalnya berhasil dibobol.

Baca Juga: Nobar Sepakbola Bisa Terjerat Kasus Hukum dan Denda 1 Miliar Kok Bisa! Simak Penjelasannya

"Kalau kita bicara keamanan digital, ini hulu masalahnya dimana, kita tidak tahu. Sehingga di sisi pertahanan, kita perlu rumuskan sistem dan strategi pertahanan yang baru, serta independen dalam teknologi seperti," katanya. 

Menurut Anis Matta, dalam sistem pertahanan dan keamanan nasional, Indonesia bisa mencontoh China dan Rusia yang paling jarang mengalami kebobolan, karena independen dalam teknologi.  

"Mungkin karena kita nggak punya negara yang jadi musuh secara spesifik, kita jadi abai. Musuh kita di era digital, bukan negara, tapi  korporasi kecil-kecil. Yang kerjaannya memang ngehack, mencuri data," tegas Anis Matta. 

Mantan Menkominfo Rudiantara mengungkapkan, Indonesia memang kerap menjadi sasaran serangan siber. Indonesia menjadi negara ketiga yang paling banyak mendapat serangan siber. 

Baca Juga: Imbas Patok Harga Tak Wajar, Tiga Warung Pecel Lele Malioboro Ditutup

"Hari ini Indonesia masuk nomor 3 negara, setelah Mongolia dan Nepal, negara yang jadi target attack. Sampai jam hari ini sudah ada 8 juta attack di dunia, Jadi setiap detik ada malware, bukan hacking, bukan phising," kata Rudiantara. 

Halaman:

Editor: Alfin Pulungan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x