Pedoman Tangerang - Mungkin image waria di mata masyarakat tidak terlalu bagus.
Sebagai kaum minoritas, komunitas waria sering mendapatkan perlakuan yang berbeda dari orang pada umumnya, hal ini ditambah karena mereka tak mau mengekspos kegiatan mereka di muka umum.
Kegiatan Membangun Ruang Aman di Media untuk Kelompok Minoritas yang diselenggarakan oleh Serikat Jurnalis untuk Keragaman (Sejuk) hadir untuk mengenalkan para audiens dan rekan media pada komunitas Terpinggir yang jarang di ekspos, seperti komunitas Waria di Pontianak, Kalimantan Barat.
Baca Juga: Penolakan Tambang PT DPM di Dairi Menguat, Warga Khawatir Gempa Menyusul
"Kami komunitas waria masih tidak berani mengundang media, tapi kegiatan-kegiatan sosial kamii ingin diekspos lebih luas," tutur Tiara mewakili Persatuan Waria Pontianak (Perwapon) menyampaikan kebingungan komunitasnya untuk melibatkan media, dikutip Pedoman Tangerang dari Sejuk pada Rabu, 16 Juni 2021.
Baca Juga: TII: Kartu Prakerja harus Dioptimalkan pada Masa Pandemi
Hal tersebut disampaikannya kepada 3 jurnalis Kalimantan Barat (Kalbar) dengan maksud mengajak media-media untuk bekerja sama mengubah pandangan masyarakat yang penuh stigma dan merendahkan waria atau transpuan. Sebab, aku Tiara, Perwapon mempunyai banyak kegiatan positif seperti kunjungan ke pesantren, kaum duafa, panti asuhan, panti jompo, dan sebagainya.
Menanggapi pertanyaan dari Tiara dan komunitas-komunitas rentan lainnya dari Kalbar dan Kalimantan Timur (Kaltim) bagaimana bersinergi dengan media, Manager Digital Tribun Pontianak Marlen Sitinjak, editor Suara Pemred Sheila Rimang, dan kontributor TEMPO.
Memberikan lebih banyak ruang bagi kalangan marginal dalam pemberitaan.