Didukung Ali Khamenei, Ebrahim Raisi Dipastikan Terpilih Jadi Presiden Iran

19 Juni 2021, 19:41 WIB
Calon Presiden Iran Ebrahim Raisi. /Foto: CNN.

Pedoman Tangerang - Hakim konservatif, Ebrahim Raisi, untuk menuju kursi Presiden Iran semakin dekat. Suara pemilih Orang kepercayaan Imam Agung Ayatollah Ali Khamenei ini mengungguli Abdolnaser Hemmati dan Mohsen Rezaei, dua pesaing beratnya.

Dilansir dari CNN, suara pemilih di Iran yang sudah masuk mencapai 90 persen. Raisi mendapatkan jumlah suara 17,8 juta.

Sementara Mohsen Rezaei berada di posisi kedua dengan 3,3 juta sementara Abdolnaser Hemmati posisi ketiga dengan 2,4 juta suara.

Presentase suara tersebut sudah memastikan bahwa Raisi akan menjadi Presiden Iran mendatang. Adapun pemilu Iran ini akan diumumkan hari ini, Sabtu ini, 19 Juni 2021.

Baca Juga: Debat Panas Soal Ekonomi, Capres Iran Saling Hina di Televisi

Banyak pakar yang sudah memprediksi kemenangan Raisi. Mereka menjelaskan dukungan kuat kelompok konservatif, termasuk tokoh sentral Ali Khamenei, membawa Raisi mengungguli lawan-lawannya.

Para pakar menilai hasil pemilu Iran sejatinya sudah dipersiapkan untuk mempertahankan kuasa ulama konservatif meski desakan reformasi terus menggaung.

"Raisi merupakan orang kepercayaan Khamenei. Ia digadang-gadang mampu melanjutkan apa yang sudah digariskan oleh Khamenei," kata Deputi Direktur Chatham House's Middle East and North Africa Program, Sanam Vakil, seperti dikutip Reuters.

Raisi dikenal sebagai salah satu penentang pengaruh Barat dan loyalis Khamenei, dia juga dikenal sebagai hakim yang gemar memberikan eksekusi mati.

Baca Juga: Kapal Angkatan Laut Iran Terbakar di Teluk Oman, Apa Penyebabnya?

Semasa menjadi hakim, ia dilaporkan Amnesty International sudah mengetok palu eksekusi mati untuk kurang lebih 5000 orang.

Mayoritas di antaranya adalah tahanan politik yang dieksekusi di tahun 1988. Kabar yang beredar menyebutkan mereka yang mati karena vonis dari Raisi dimakaman di kuburan massal tersembunyi dan tanpa tanda.

Pada 2019, tak lama setelah Raisi diangkat oleh Khamenei menjadi Hakim Agung, Amerika menjatuhkan sanksi kepadanya.

Ia dianggap sudah melanggar hak asasi manusia ketika mengeksekusi mati ribuan tahanan politik serta menggunakan pengadilan untuk menekan pelaku unjuk rasa di Iran. Sanksi itu masih berlaku.

Baca Juga: Iran Copot Gubernur Bank Sentral yang Calonkan Diri Jadi Presiden

"Jika Raisi terpilih, maka ia menjadi Presiden Iran pertama yang sudah disanski sebelum menjabat dan berpotensi mendapat sanksi lagi ketika menjabat," ujar pakar politik Iran, Jason Brodsky.

Selama kampanye pemilu Iran, Raisi tidak menjanjikan banyak hal selain perbaikan ekonomi Iran dan pemberantasan korupsi. Ia sadar betul bahwa tantangan pertama yang harus ia hadapi adalah ambruknya perekonomian Iran karena berbagai faktor mulai dari COVID-19, korupsi, serta sanksi dari Amerika.

Ebrahim Raisi berencana mengakhiri sanksi Amerika dengan mengupayakan Iran kembali ke Perjanjian Nuklir 2015 (JCPOA). Amerika menjanjikan Iran pengangkatan sanksi apabila mereka mau menekan program pengayaan nuklirnya ke dalam batas yang sudah ditetapkan enam tahun lalu.***

Editor: Alfin Pulungan

Tags

Terkini

Terpopuler