Debat Panas Soal Ekonomi, Capres Iran Saling Hina di Televisi

- 7 Juni 2021, 10:00 WIB
Kombinasi tujuh foto Calon Presiden Iran. Dari kiri ke kanan: Mohsen Rezaei (mantan komandan Pengawal Revolusi), Abdolnasser Hemmati (Kepala Bank sentral Iran), Alireza Zakani (Mantan Anggota Parlemen), Mohsen Mehralizadeh (Mantan Gubernur Provinsi), Amir Hossein Ghazizadeh Hashemi (Wakil Ketua Parlemen), Saeed Jalili (Mantan perunding nuklir terkemuka), Ebrahim Raisi (Kepala Kehakiman). Iran mengumumkan tujuh kandidat pada Selasa, 25 Mei dan melarang kandidat terkemuka yang bersekutu dengan presidennya saat ini di tengah ketegangan dengan Barat atas kesepakatan nuklirnya yang compang-camping.
Kombinasi tujuh foto Calon Presiden Iran. Dari kiri ke kanan: Mohsen Rezaei (mantan komandan Pengawal Revolusi), Abdolnasser Hemmati (Kepala Bank sentral Iran), Alireza Zakani (Mantan Anggota Parlemen), Mohsen Mehralizadeh (Mantan Gubernur Provinsi), Amir Hossein Ghazizadeh Hashemi (Wakil Ketua Parlemen), Saeed Jalili (Mantan perunding nuklir terkemuka), Ebrahim Raisi (Kepala Kehakiman). Iran mengumumkan tujuh kandidat pada Selasa, 25 Mei dan melarang kandidat terkemuka yang bersekutu dengan presidennya saat ini di tengah ketegangan dengan Barat atas kesepakatan nuklirnya yang compang-camping. /Foto: AP./

Pedoman Tangerang - Beberapa Calon Presiden (capres) Iran saling bertikai di televisi dalam debat capres yang dilaksanakan Sabtu, 6 Juni 2021. Mereka satu sama lain saling tuduh menuduh melakukan pengkhianatan, bahkan menyebut kurang berpendidikan untuk menjalankan roda ekonomi yang terpuruk akibat sanksi Amerika Serikat dalam tiga tahun terakhir.

Sebanyak lima kandidat konservatif menyerang kinerja delapan tahun Presiden Hassan Rouhani. Sementara capres yang digolongkan moderat, yakni mantan kepala Bank Sentral Abdolnaser Hemmati, menyalahkan kelompok konservatif karena memicu meningkatnya ketegangan dengan Barat. Akibatnya, kata mereka, ekonomi Iran berada dalam kesengsaraan.

Dalam debat pertama dari tiga debat menjelang pemungutan suara 18 Juni, Mantan Kepala Pengawal Revolusi Mohsen Rezaee menuduh Hemmati "sepenuhnya mematuhi" sanksi AS dan mengatakan dia harus menghadapi tuduhan makar.

"Jika saya menjadi presiden, saya akan melarang Hemmati dan sejumlah pejabat lainnya dari pemerintahan Rouhani meninggalkan negara itu, dan saya akan membuktikan di pengadilan peran berbahaya apa yang mereka mainkan," kata Rezaee, dalam tiga siaran televisi, seperti dikutip Reuters, Ahad, 7 Juni 2021.

Baca Juga: Iran Copot Gubernur Bank Sentral yang Calonkan Diri Jadi Presiden

Menanggapi pernyataan Rezaee, Hemmati dengan setengah bercanda bertanya kepada capres konservatif dan kepala kehakiman Ebrahim Raisi: "Tuan Raisi, dapatkah Anda memberi saya jaminan bahwa tidak ada tindakan hukum yang akan diambil terhadap saya setelah peristiwa ini?," ujarnya.

Jumlah pemilih kemungkinan akan menjadi rekor terendah dalam perlombaan tujuh orang yang terdiri kandidat konservatif, sedikit konservatif, dan dua moderat.

"Saya menyaksikan debat dan sekarang saya semakin yakin untuk tidak memilih. Pemilihan ini adalah lelucon," kata pensiunan guru Fariba Semsari melalui telepon dari kota utara Rasht.

Namun seorang jurnalis yang berbasis di Teheran, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan: "Hemmati telah menarik dukungan di antara beberapa orang yang seharusnya tidak memilih. Antara lain, langkahnya untuk mewakili dirinya dalam sebuah wawancara dengan TV pemerintah oleh istrinya yang blak-blakan mengesankan banyak pemilih wanita," katanya.

Halaman:

Editor: Alfin Pulungan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x