Namun apabila tidak terlihat maka bulan Sya’ban disempurnakan 30 hari (istikmal), sehingga awal Ramadhan diputuskan jatuh pada Ahad 3 April 2022.
Gus Shofi menyampaikan, terdapat perbedaan kriteria yang diberlakukan oleh pemerintah dengan NU terkait batasan ketinggian hilal.
NU memegang syarat ketinggian anak bulan atau hilal saat dipantau minimal dua derajat. Dikutip tim Pedoman Tangerang dari Laman jatim.nu.or.id
Sementara pemerintah tahun ini memegang pendapat bahwa ketinggian hilal saat dipantau minimal tiga derajat dan elongasi minimal 6,4.
Menurut Gus Shofi, secara astronomi pada 1 April 2022 nanti ketinggian hilal tidak sampai tiga derajat, hanya dua derajat lebih sedikit.
Artinya, jika pun kemudian salah satu atau lebih tim LFNU di seluruh Indonesia melihat hilal, bisa jadi pemerintah tidak akan mempertimbangkan itu dan tetap memutuskan awal Ramadhan jatuh pada Ahad 3 April 2022.
Sebab, minimal ketinggian hilal yang dipegang pemerintah yaitu tiga derajat dan minimal elongasi 6,4.
Jika itu yang terjadi, maka keputusan sidang isbat soal awal Ramadhan yang diputuskan pemerintah sangat mungkin akan berbeda dengan NU dan Muhammadiyah.
“Ini nanti seru. Nanti masyarakat akan ditawari dua pilihan, awal Ramadhan Sabtu dan Ahad (2 April atau 3 April 2022),” tandas Gus Shofi.
Seperti diketahui, Muhammadiyah sudah mengeluarkan keputusan bahwa awal Ramadhan jatuh pada Sabtu, 2 April 2022, berdasarkan metode hisab wujudul hilal.***