Ini Biografi Syaikhona Kholil Bangkalan yang Diajukan Nasdem Sebagai Pahlawan Nasional

- 28 September 2021, 20:30 WIB
KH Syaikhona Kholil Bangkalan Madura./foto:istimewa
KH Syaikhona Kholil Bangkalan Madura./foto:istimewa /

Pedoman Tangerang - Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem menemui Menko Polhukam Mahfud MD terkait usulan agar ulama besar asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Syaikhona Kholil ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Pertemuan itu berlangsung di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa.

Fungsionaris Partai NasDem dipimpin oleh Ketua Bidang Ideologi, Organisasi, dan Kaderisasi DPP Partai NasDem Sri Sajekti Sudjunadi didampingi Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Nining Indra Saleh, Wakil Ketua Fraksi NasDem DPR Willy Aditya, dan Sekretaris Fraksi NasDem MPR Syarif Abdullah Alkadrie.

Baca Juga: Fenomena Baru Revenge Travel, Kenali Bahayanya Agar Tak Seperti China

Sri Sajekti Sudjunadi yang akrab disapa Jeanette mengatakan Partai NasDem beserta pengusul dari Yayasan Syaikhona Kholil melakukan audiensi terkait usulan untuk pemberian gelar pahlawan nasional kepada Syaikhona Kholil Bangkalan.

Lalu siapakah Syaikhona Kholil Bangkalan?

Biografi Syaikhona Kholil Bangkalan

Baca Juga: Sentuh Angka 2000, Jumlah Pasien Covid-19 Terus Menurun

Syekh Muhammad Kholil atau yang kerap dipanggil dengan Syaikhona Kholil Bangkalan atau Mbah Kholil lahir pada 11 Jumadil akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur.

Jalur nasab Syekh Kholil Bangkalan dari jalur ayah sampai kepada Syekh Syarif Hidayatullah (Cirebon). Nasab beliau adalah Syekh Kholil Bangkalan bin KH. Abdul Lathif bin KH. Hamim bin KH. Abdul Karim bin KH. Muharram bin KH. Asrar Karamah bin KH. Abdullah bin Sayid Sulaiman.

Baca Juga: Mengenal PM Termuda Sanna Marin, Pernah Tampil Majalah Tanpa Bra yang Tuai Kecaman

Sekitar tahun 1850-an, Syaikhona Kholil muda belajar kepada Kyai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur.

Dari Langitan beliau pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau pindah ke Pondok Pesantren Keboncandi.

Selama belajar di Pondok Pesantren ini beliau belajar pula kepada Kyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Kyai Nur Hasan ini, sesungguhnya, masih mempunyai pertalian keluarga dengannya.

Baca Juga: Cek Nama Anda di cekbansos.kemensos.go.id, Bansos Diperpanjang Pemerintah Sampai 2022

Jarak antara Keboncandi dan Sidogiri sekitar 7 Kilometer jauhnya, tetapi, untuk mendapatkan ilmu, Mbah Kholil muda rela melakoni perjalanan dengan jalan kaki setiap harinya.

Di setiap perjalanannya dari Keboncandi ke Sidogiri, ia tak pernah lupa membaca Surah Yasin. Ini dilakukannya hingga ia dalam perjalanannya itu khatam berkali-kali.

Sejak belajar, Syaikhona Kholil Bangkalan memang sudah terlihat bakat dan kecerdasannya.

Baca Juga: Link Baca Gratis Novel Charlie Wade Bab 3555, 3556

Sewaktu menjadi Santri, Syaikhona Kholil telah menghafal beberapa Kitab seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik (Tata Bahasa Arab). Disamping itu beliau juga seorang Hafidz Al-Quran. Beliau mampu membaca Al-Qur’an dalam Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca Al-Quran).

Saat usianya mencapai 24 tahun, Syaikhona Kholil Bangkalan memutuskan untuk pergi ke Makkah.

Tetapi sebelum berangkat, Syaikh Kholil menikah dahulu dengan Nyai Asyik, putri Lodra Putih.

Baca Juga: Sudah Berikan Anak, Georgina Rodriguez Tunggu Lamaran Pernikahan Cristiano Ronaldo

Setelah menikah, berangkatlah dia ke Mekkah. selama pelayaran menuju tanah suci, konon Syaikhona Kholil berpuasa.

Hal tersebut dilakukan bukan dalam rangka menghemat uang, akan tetapi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, agar perjalanannya selamat.

Di Makkah, Syaikhona Kholil belajar dengan Syeikh Nawawi Al-Bantani (Guru Ulama Indonesia dari Banten).

Baca Juga: 5 Negara Komunis Yang Masih Ada di Dunia, China Terbesar 2 Lainnya di ASEAN

Selain Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikhona Kholil Bangkalan juga belajar dengan beberapa guru di Makkah yaitu Syeikh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad Al-Afifi Al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani.

Beberapa sanad hadits yang musalsal diterima dari Syeikh Nawawi Al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail Al-Bimawi (Bima, Sumbawa).

Syaikhona Kholil Bangkalan sejak dahulu sangat dihormati, pernah dirinya ditangkap oleh Belanda karena dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat perlawanan terhadap kolonial di pondok pesantrennya.

Baca Juga: 5 Negara Komunis Yang Masih Ada di Dunia, China Terbesar 2 Lainnya di ASEAN

Pada saat ditangkap, terjadi hal aneh yang tidak bisa mereka mengerti.

Pintu penjara tidak bisa dikunci, sehingga membuat mereka harus berjaga penuh agar tahanan tidak melarikan diri.

Mendengar gurunya ditangkap, orang pada berdatangan untuk menjenguk Syaikhona Kholil dan memberi makanan, bahkan sampai banyak orang yang meminta ingin ikut ditahan bersamanya.

Baca Juga: IBC: Proyek Security Sistem DPR Hanya Buang-Buang Uang Rakyat

Kejadian tersebut membuat pihak belanda untuk merelakan Syaikhona Kholil dibebaskan.

Sebagai pemuda Jawa (sebutan yang digunakan orang Arab waktu itu untuk menyebut orang Indonesia) pada umumnya, Syaikhona Kholil belajar pada para Syeikh dari berbagai madzhab yang mengajar di Masjid Al-Haram.

Namun kecenderungannya untuk mengikuti Madzhab Syafi’i tak dapat disembunyikan. Karena itu, tak heran kalau kemudian dia lebih banyak mengaji kepada para Syeikh yang bermadzhab Syafi’i.

Baca Juga: Prediksi dan Link Streaming Borneo FC vs Bali United, Selasa 28 September 2021

Banyak tokoh-tokoh ulama nasional belajar pada syaikhona Kholil Bangkalan karena kecerdasan dan ketaqwaannya.

Salah satu muridnya adalah KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Chasbullah, KH As'ad Syamsul Arifin (ketiganya adalah pendiri Nahdlatul Ulama) dan juga Muhammad Darwis atau KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah.***

 

Editor: R. Adi Surya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah