Sejarah Bulan Desember: Uni Soviet Bubar!

- 27 Desember 2021, 07:00 WIB
26 Desember adalah hari bersejarah, di mana negara Adi Daya Uni Soviet bubar setelah mengalami krisis
26 Desember adalah hari bersejarah, di mana negara Adi Daya Uni Soviet bubar setelah mengalami krisis /tangkap layar YouTube Military History/

Pedoman Tangerang - Bulan Desember mungkin terkenal dengan hari Raya Natal dan momentum Tahun Baru, namun siapa sangka detik-detik menjelang berakhirnya bulan Desember terdapat banyak sejarah yang patut disimak.

Salah satunya adalah bubarnya negara Adi daya Uni Soviet di bulan ini.

Uni Soviet terkenal sebagai negara terdepan mendukung sosialisme sekaligus pionir negara komunis, namun apa daya, 'raksasa merah' ini harus tumbang setelah 80 tahun berdiri.

Pada masanya, Uni Soviet menjadi negara paling disegani di dunia, selain karena kemajuan peradabannya yang berkembang pesat, kehebatan Tentara Merah yang terkenal membuat negara lain menjadi segan.

Baca Juga: Komentar Netizen terkait Peran Kinan ‘Layangan Putus’ Oleh Putri Marino, Aktingnya Real Banget!

Namun tak disangka negara yang menjadi rival Amerika Serikat (AS) tersebut harus bubar dipenghujung abad 20.

Runtuhnya Uni Soviet disebabkan karena dua hal, yaitu stagnasi ekonomi dan matinya demokrasi yang membuat kebebasan rakyat Soviet terkekang.

Untuk menepis dua masalah tersebut, Mikhail Gorbachev tampil ke muka publik sebagai Sekertaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet dengan visi dan misi menyehatkan ekonomi Soviet dan menegakkan kembali demokrasi rakyat.

Baca Juga: Putri Marino Berhasil Menjiwai Karakter Kinan di Film ‘Layangan Putus’ Episode 6

Dalam upaya untuk mengakhiri 'Era Stagnasi' yang diakibatkan oleh doktrin politik konservatif Leonid Brezhnev, Gorbachev meluncurkan 'perestroika', sebuah gerakan politik untuk reformasi di dalam Partai Komunis Uni Soviet yang dirancang untuk meningkatkan perekonomian.

Pada mulanya, program tersebut tampak berhasil. Usaha untuk merevitalisasi Uni Soviet yang menyusut pada 1985 berhasil membuat citra Uni Soviet naik.

Tetapi negara adidaya yang sedang berjuang itu masih dicengkeram oleh perlombaan senjata dan kebijakan salah urus selama bertahun-tahun yang ditinggalkan oleh rezim Brezhnev.

Kesatuan 15 Republik Soviet, yang telah membuat kekuatan rezim komunis di masa lalu, dengan cepat hancur.

Banyak wilayah yang ingin mendapat kemerdekaan dari Moskow. Kaukasus adalah wilayah pertama yang memberontak melawan Moskow, tak lama terjadi pemberontakan di negara-negara Baltik.

Baca Juga: Sunan Kalijaga Sebut-Sebut Nama Thariq Halilintar, Atta Halilintar Pasang Badan

Pada tahun 1988, Estonia adalah republik Soviet pertama yang mendeklarasikan kedaulatan negara dari Moskow.

Pada Januari 1991, Moskow melakukan intervensi dan menembaki para demonstran, dalam upaya untuk menjinakkan pemberontakan.

Namun, langkah itu gagal dan Lituania menjadi Republik pertama yang secara resmi melepaskan diri dari Uni Soviet, mendeklarasikan kemerdekaannya dalam Undang-Undang 11 Maret 1990.

Baru pada 19 Agustus 1991, pukulan fatal bagi Uni Soviet datang, ketika Soviet terbangun dengan berita bahwa pemimpin kedelapan dan terakhir dari Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, dikudeta oleh kelompok Konservatif pimpinan Gennady  Yanayev dan Dimitri Yazov.

Baca Juga: Masuk Ke Babak Final, Wakil Rakyat Harap Timnas Indonesia Akhiri Kutukan Piala AFF

Kelompok komunis konservatif mengkudeta rezim Gorbachev dengan alasan sang pemimpin tidak dapat memerintah karena kesehatan menurun.

Setelah pengumuman mendimisionerkan kabinet Gorbachev, tank memasuki Moskow, pertemuan publik dilarang, dan surat kabar pro-reformasi ditutup.

Komite Keadaan Darurat segera dibentuk dengan harapan untuk menyelamatkan negara dari tenggelam ke dalam "kekacauan dan anarki", tetapi aturannya runtuh dalam waktu dua hari, terbukti menjadi penyebab  serangkaian panjang peristiwa yang akan segera mengakhiri eksistensi Uni Soviet.

Baca Juga: Masuk Ke Babak Final, Wakil Rakyat Harap Timnas Indonesia Akhiri Kutukan Piala AFF

Tiba-tiba, muncul politikus Boris Yeltsin selaku presiden Negara Bagian Rusia menolak kudeta yang dilakukan oleh pemberontak.

Bersama dengan rakyat Soviet-Rusia dan sebagian Tentara Merah cabang Soviet-Rusia mencegah manuver kudeta Dimitri Yazov dan kawan-kawan.

Akhirnya pemberontakan dapat dipadamkan, Gorbachev dapat diselamatkan dan Boris Yeltsin jadi pahlawan baru yang dielu-elukan rakyat Soviet-Rusia.

Dalam pencaturan politik Uni Soviet, Boris Yeltsin, Presiden Federasi Rusia di Uni Soviet, muncul sebagai pemenang, sementara Gorbachev justru kehilangan wibawa politik karena dianggap 'sisa-sisa rezim lama'.

Pemerintah Moskow berjuang untuk mempertahankan pengaruhnya dan banyak republik seperti Ukraina dan negara-negara Baltik memproklamasikan kemerdekaan mereka pada hari-hari dan bulan-bulan berikutnya.

Pada tanggal 8 Desember 1991, dalam upaya untuk mengakui kemerdekaan satu sama lain, para pemimpin dari tiga pendiri dan republik terbesar Uni (SFSR Rusia, RSS Ukraina, dan RSS Byelorusia) menyatakan bahwa Uni Soviet tidak ada lagi, dan menandatangani Commonwealth of Independent States.

Mereka segera diikuti oleh 11 republik lagi, dan Gorbachev harus terlebih dahulu pensiun sebagai pemimpin Partai Komunis karena praktis berhenti bekerja, kemudian mengundurkan diri dari kantornya sebagai presiden, untuk secara resmi mengakui keruntuhan Uni sebagai "fait accompli".

Baca Juga: Setelah Suga, Kini Rm dan Jin BTS didiagnosis Positif COVID-19

Pada tanggal 26 Desember 1991 - sehari setelah Presiden Gorbachev mengundurkan diri dan bendera merah Soviet diganti dengan tiga warna Rusia - Uni Soviet secara resmi dibubarkan.

Semua 15 Republik bekas Uni Soviet memperoleh kemerdekaan pada bulan-bulan berikutnya.

Ketika akhir itu tiba, Uni Soviet akhirnya membubarkan diri setelah tak ada lagi negara yang ingin berada dibawah rezim partai komunis Soviet.***

Editor: R. Adi Surya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah