Kisah Likas Tarigan, Perempuan Tangguh Dari Tanah Karo

- 13 Juli 2021, 19:30 WIB
Likas Tarigan, Perempuan Tangguh Asal Tanah Karo
Likas Tarigan, Perempuan Tangguh Asal Tanah Karo /Twitter @karo_news/

Dalam biografi Likas, sang anak Riahna Djamin Ginting menyampaikan bahwa perjuangan ibunya itu adalah kebanggan dan panutan bagi mereka. Likas merupakan simbol perempuan gigih dengan semangat kerja besar. Likas selalu percaya bahwa hari esok harus lebih baik dari hari ini. Kepercayaan itu yang membentuk tekad besarnya untuk berjuang bagi Indonesia. Likas juga selalu berpikir maju untuk melawan kegentaran dengan ketegaran dalam menghadapi setiap tantangan.

Likas kecil bercita-cita menjadi seorang guru. Likas mengenyam pendidikan di Sekolah Guru Wanita, Normal School di Padang Panjang. Pendidikannya ini ditempuh dengan perjuangan panjang karena tantangan ekonomi di keluarganya.

Ibunda Likas sendiri pun tidak menyetujui dirinya untuk menempuh pendidikan tinggi. Namun, sang kakak meneguhkan hatinya untuk menjadi perempuan yang terdidik. Pada usia 13 tahun, Likas pun tetap berangkat.

Likas berhasil menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1941. Dengan ijazah guru, Likas ditempatkan bertugas di Pangkalan Brandan, Langkat, Sumatra Utara. Selama kariernya sebagai guru, Likas aktif dalam berbagai organisasi. Dia mengedepankan pembahasan tentang kemajuan-kemajuan kampuang halaman dan nasib perempuan Karo. Likas sebetulnya prihatin karena masa depan perempuan Karo tak jauh dari bekerja di ladang, dapur, dan mengurus anak saja.

kisahBaca Juga: Kisah Penghafal Quran Bercita-cita Jadi Menteri, Tujuan Mulia Berjuang Demi Indonesia

Padahal, perempuan tentu saja punya mimpi dan cita-citanya sendiri. Likas pun maju menyatakan dukungannya untuk perempuan Karo menempuh pendidikan. Likas mengimbau bagi para pemuda atau calon suami untuk membuka kesempatan bagi para perempuan untuk maju. Di masa itu, gerakan perempuan memang masih terbatas dengan izin dari ayah, kakak laki-laki atau suaminya.

Saat menjadi guru dan memperjuangan peran perempuan itu juga, Likas bertemu dengan Djamin. Awalnya, hubungan mereka tidak baik karena Djamin yang menantang pandangan maju Likas. Namun, lama-lama, hati keduanya pun meleleh dan muncul rasa cinta. Likas dan Djamin saling surat menyurat setelah Djamin dipindah tugaskan dalam karier militernya. Mereka berdua akhirnya pun menikah pada 29 Juli 1945.

Perjuangan Likas sebagai guru sempat mendapat cobaan besar dari penjajah Jepang. Di samping mengajar, guru-guru saat itu juga disuruh untuk membersihkan kebun sekolah. Akan tetapi, kesedihan ini berakhir ketika Jepang menyerah dan Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan.

Pada 1946, Likas juga pernah memperjuangkan kebebasan Djamin yang ditangkap oleh sekutu di Medan. Likas pergi ke kota itu hingga akhirnya suaminya berhasil dibebaskan. Sepanjang karier Djamin yang terus berpindah-pindah, Likas juga selalu setia mendampingi pria itu sambil terus meneruskan perjuangannya sendiri.

Saat Djamin bertugas di Aceh sebagai Komandan Resimen, Likas membuka sekolah untuk pengungsi yang datang dari Toba dan Karo ke Aceh. Dia membentuk tim guru untuk mengajarkan anak-anak pengungsi membaca, menulis, dan berhitung.

Halaman:

Editor: Alfin Pulungan

Sumber: Perempuan Indonesia Satu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah