Haji Misbach Jalan Panjang Menuju Keadilan

6 Maret 2023, 16:00 WIB
Haji Misbach Jalan Panjang Menuju Keadilan. / /

Pedoman Tangerang - Sosok Haji Misbach mungkin tak begitu populer dibandingkan Tan Malaka pada masa pergerakan kolonialisme di Indonesia. Haji Misbach merupakan tokoh yang terkenal dengan ide mengebolerasikan ajaran Islam dan komunisme untuk melawan Belanda. (Makalah LSIK 1989).

Islam dan politik di Indonesia dapat diibaratkan seperti air dan ikan. "Islam" adalah "Air" tempat hidup berbagai jenis ikan didalamnya. Sejak jaman kolonial hingga politik kontemporer sekarang ini berbagai organisasi, kaum intelektual, dan aktor-aktor memainkan peranannya secara signifikan. Padahal perdebatan tentang tema ini telah diawali oleh tokoh pergerakan seperti Haji Misbach.

Miskinnya wacana perdebatan itu sendiri bukan karena tidak ada fakta-fakta yang ditemukan, tapi lebih pada sikap penguasa yang tidak membuka ruang bagi perdebatan tentang sosialisme, sebagaimana tertuang pada Tap MPRS No. XXV tahun 1969. Akibatnya terjadi pemenggalan historis dari kekayaan intelektual Islam dalam hubungannya dalam pemahaman tentang sosialisme atau komunisme. Kekayaan intelektual ini sudah seharusnya dibahas secara ilmiah atau diperdebatkan kembali.

Baca Juga: Al-Ghazali Ihya Ulumuddin dan Paul Ricoeur Interpretation Theory

Haji Misbach sebagai KIAI Merah

Sebutan Kiai merah selalu melekat dalam diri Haji Misbach. Kalimat "Jangan takut jangan khawatir", yang sering dilontarkan oleh dirinya, terdapat pula kalimat yang mempunyai kedalaman makna tentang keyakinan yaitu "Orang yang menolak dirinya Islam tetapi setuju dengan komunisme saya berani katakan ia bukan Islam sejati", kalimat ini tentu menuai perdebatan pada masanya, mungkin juga saat ini. Namun itulah sikap yang ditunjukkan oleh Haji Misbach tentang keyakinannya. (Antohny Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern).

Sebagai orang yang revolusioner ia menginginkan agar terjadi pembebasan bagi rakyat Indonesia yang selalu tertindas oleh para penguasa agar terjadi relasi yang berkeadilan sosial. Maka dari itu kemudian ia menawarkan bahwa Islam dan Komunisme ada kesamaan yang berpihak kepada kaum yang tertindas dan oleh karenanya ia berkeyakinan Islam dan komunisme dapat dijadikan alat untuk melakukan pembebasan bagi bangsa Indonesia pada masanya.

Gagasan Pemikiran Haji Misbach

Haji Misbach lahir pada 1896 di Kauman, Surakarta. Anak yang lahir dari keluarga kaya raya dan hidup berkecukupan, membuat dirinya menimpa ilmu di pesantren. Latar belakang pendidikan tersebut yang membuat dirinya sebagai seorang yang religius dan memiliki pemikiran yang modern.

Mansour Fakih dalam bukunya Agama dan Masyarakat di Era Kolonialisasis menyebutkan Haji Misbach merupakan sosok yang revolusioner, usai dirinya pulang dari tanah suci. Ia lantas bergabung di Sarekat Islam (SI), pada 1912. Ia tertarik dengan gerakan Islam anti kolonialisme atas Islam yang diusung SI.

Dalam perjalannya, Misbach aktif di berbagai organisasi pergerakan, mulai SI, Sarekat Hindia (SH), Sarekat Rakyat, hingga Partai Komunis Indonesia.

Membaca pemikiran dan perjuangan politik Haji Misbach dengan kacamata masa kini dapat dipastikan akan menimbulkan kontroversi. Hal itu wajar saja sebab hegemoni politik telah menyampaikan kekayaan intelektual Islam dengan memberikan label-label untuk mendisiplinkan sejarah pemikiran Islam yang kaya untuk menopang hegemoni politik.

Baca Juga: Top Banget! Ini 6 Rekomendasi Sekolah SMP di Bekasi, Cek Daftarnya

Teologi Islam Untuk Keadilan Sosial

Hubungan antara Islam dan Sosialisme sebetulnya sudah berumur panjang di Indonesia. Anonim dalam sebuah penelitiannya Collected Works 1997 mengatakan gerakan pembebasan di Indonesia lebih tua ketimbang gerakan teologi pada tahun 1960 an di Amerika Latin.

Hal tersebut membuktikan bahwa gerakan perlawanan terbesar di Indonesia pada jaman kolonial Serikat Islam, menjadi "Rahim" kelahiran kader sosialis yang kemudian mendirikan PKI. Dan menjadi cikal bakal pemikiran Haji Misbach.

Misbach kemudian mencoba menggunakan analisis Marxisme untuk memahami realita sosial yang ada di Hindia dan Belanda. Ia kemudian menyadari bahwa kapitalisme dan kolonialisme Belanda adalah penyebab utama kesengsaraan rakyat Indonesia.

Runandi dalam sebuah artikelnya yang berjudul Study and Advencement Of Civol Society menyebutkan akhirnya Haji Misbach kemudian mengebolarisikan antara komunisme dan ajaran Islam. Menurutnya Islam dan Komunisme sama-sama bertujuan membebaskan rakyat dari ketertindasan akibat Kolonialisme dan Kapitalisme.

Pergerakan Haji Misbach kemudian mulai bergeser ke kubu kiri dan menjadi lebih radikal melawan Belanda. Dia juga mengikrarkan dirinya sebagai seorang komunis Jawa yang taat menjalankan kewajiban seorang muslim.

Lely dalam penelitian Sarekat Rakyat (1993), pada bulan 1919 akibat pemogokan-pemogokan petani yang dipimpinnya. Misbach dan para pemimpin gerakan lainnya ditangkap dan dipenjara selama 2 tahun 3 bulan. Pada 1922 dia kembali ke rumahnya di Kauman, Surakarta. Maret 1923 Misbach muncul kembali sebagai propagandais tentang keselarasan antara paham komunis dan Islam.

Dalam konteks pergerakan Nasional, apa yang dilakukan Misbach, sebetulnya sangat merisaukan rezim kolonial saat itu. Karena Islam adalah agama mayoritas yang sangat mempengaruhi kesadaran rakyat Hindia dan Belanda saat itu.

Hingga akhirnya pada tahun 1924 dibulan Juli Misbach ditangkap dan dijebloskan kembali ke penjara dan diasingkan ke Manokwari dengan tuduhan teror dan sabotase di Surakarta.

Dibuang dan diasingkan tak menyulutkan dirinya untuk berhenti melawan. Misbach sempat mendirikan Syarekat Cabang Manokwari. Sebelum akhirnya jalan panjang perjalanan Haji Misbach berakhir usai dirinya meninggal tahun 1926.***

Editor: Bustamil Arifin

Tags

Terkini

Terpopuler