Sejarah Teks Proklamasi Sempat Hilang Namun Berhasil Ditemukan Kembali

17 Agustus 2021, 11:00 WIB
Momen Ir Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 lalu. Memberikan contoh penerapan makna proklamasi kemerdekaan dalam kehidupanmu sehari-hari, baik di rumah sekolah dan masyarakat. / tangkapan layar YouTube Arsip Nasional RI/

Pedoman Tangerang - Hari ini Indonesia memperingati kemerdekaan yang ke-76 tahun, Selasa 17 Agustus 2021. Hampir setiap tahun akan ada seremonial yang dilakukan untuk memperingati HUT kemerdekaan.

Banyak prosesi tahunan yang dilaksanakan guna mengenang tanggal bersejarah ini, salah satunya cerita di balik teks proklamasi yang dibacakan oleh Presiden Soekarno.

Naskah rancangan proklamasi yang ditulis tangan oleh presiden soekarno, sempat hilang setelah naskah tersebut diketik ulang oleh Sayuti Melik.

Baca Juga: Kisah Wayang: Batara Guru Krama

Kuat dugaan, naskah asli tersebut hilang karena sudah diketik ulang, naskah asli tulisan tangan itu kemudian tidak terlalu diperhatikan, sehingga ikut terbuang.

Naskah itu baru ditemukan di sebuah keranjang sampah oleh seorang pria bernama Burhanudin Mohammad Diah.

Diah kemudian menyimpan naskah asli tersebut dan baru memberikannya kepada presiden Soeharto pada 29 Mei 1992.

Dalam perjuangan mengumumkan kemerdekaan RI, tidak sedikit rintangan yang dilalui.

Upacara proklamasi saat itu dilaksankan dengan sangat sederhana, upacara tersebut berjalan tanpa protokol, tanpa musik, tanpa konduktor dan tanpa pancaragam.

Bahkan tiang pengibaran bendera disiapkan hanya beberapa menit sebelum upacara di mulai.

Baca Juga: Memori 6 Agustus: Bom Atom Pertama Jatuh di Hiroshima

Tiang pengibaran bendera tersebut terbuat dari bambu dan disiapkan oleh barisan pelopor yang dipimpin oleh komandan PETA, yaitu Shodancho Latief Hendraningrat dan Shodancho Arifin Abdurahman.

Upacara pada saat itu hanya ada tiga agenda, yaitu pembacaan teks proklamasi, pengibaran bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan yang terakhir adalah sambutan dari Wali Kota Jakarta saat itu yaitu Suwiryo dan Dr Muwardi.

Sebelum pembacaan naskah proklamasi, Kepala Pemerintah militer Jepang mengirimkan lima opsirnya untuk mendatangi Soekarno dengan maksud untuk melarang soekarno membacakan proklamasi, namun kelima opsir tersebut datang ketika upacara telah selesai dilakukan dan proklamasi sudah dibacakan.

Kelima opsir tersebut kemudian pergi meninggalkan tempat upacara setelah sebelumnya sempat dikepung oleh barisan pelopor dengan senjata golok dan bambu runcing.

Tak sampai di sana, seorang fotografer bernama Frans Mendoer mengabadikan jalannya upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia dikejar dan didatangi oleh tentara Jepang yang bermaksud untuk merampas dan menghancurkan negatif film atau klise yang dimiliki oleh dirinya.

Beruntung sesaat sebelum kedatangan tentara jepang, frans mendoer berhasil menyembunyikan klise tersebut di bawah pohon, di halaman belakang Kantor Harian Asia Raya tempat dia bekerja.

Baca Juga: Kumpulan Puisi Kemerdekaan 17 Agustus 2021 HUT RI ke 76

Pendiri RRI (pada masa itu), Jusuf Ronodipuro, meminta Presiden Soekarno untuk mengulang dan merekam pembacaan teks proklamasi. Namun, niat itu sempat ditolak oleh Soekarno yang menganggap pembacaan teks proklamasi hanya berlaku satu kali.

Setelah dibujuk, Presiden Soekarno akhirnya bersedia untuk membacakan kembali teks proklamasi tersebut. Perekaman baru terlaksana pada 1951 di Studio RRI yang berlokasi di jalan Medan Merdeka Barat nomor 4, Jakarta Pusat.

Master rekaman teks proklamasi kemudian dikirim ke Lokananta di Solo untuk digandakan pada tahun 1959. Rekaman suara pembacaan teks proklamasi yang kita dengar saat ini merupakan hasil rekaman yang dilakukan enam tahun setelah Indonesia merdeka.***

Editor: R. Adi Surya

Tags

Terkini

Terpopuler