Memori 2 Agustus: Saddam Hussein Perintahkan Pasukan Irak Invasi Kuwait

2 Agustus 2021, 11:16 WIB
Saddam Hussein ketika memberi semangat pasukan Irak yang tengah menduduki Kuwait /

Pedoman Tangerang - Belum juga fajar merekah di ufuk timur, sekitar pukul 2 pagi pada tanggal 2 Agustus 1990, rakyat Kuwait terhentak dengan bunyi letusan yang menganggu istirahat mereka.

Pasukan Irak dengan kekuatan penuh menyerbu Kuwait, tetangga kecilnya yang kaya minyak bumi.

Pasukan pertahanan Kuwait kewalahan menghadapi serangan mendadak sehingga banyak diantara mereka gugur dan sebagian terpaksa mundur ke Arab Saudi.

Emir Kuwait, keluarganya, dan para pemimpin pemerintah lainnya juga menyelamatkan diri ke Arab Saudi, sehingga dalam waktu beberapa jam Kota Kuwait telah berhasil direbut oleh Irak.

Baca Juga: Kiprah Seniman Bali Sinta Tantra, Karyanya Populer di Inggris

Saddam Hussein yang merupakan otak invasi tersebut, dengan bangga mengumumkan kepada dunia bahwa Kuwait adalah bagian dari provinsi Irak.

Menurut Saddam Hussein, dengan mencaplok Kuwait, berarti Irak telah menguasai 20 persen cadangan minyak dunia dan untuk pertama kalinya memiliki garis pantai substansial di Teluk Persia.

Pada hari yang sama, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengecam invasi dan menuntut penarikan segera Irak dari Kuwait.

Baca Juga: DPR Harap Peserta Ambil Manfaat Beasiswa LPDP Demi Peningkatan Kualitas SDM

Pada tanggal 6 Agustus, Dewan Keamanan memberlakukan larangan perdagangan di seluruh dunia dengan Irak dan Turki segera mencabut pipa minyak Irak untuk membuat ekonomi dari negara yang dipimpin oleh Saddam itu memburuk.

Pada tanggal 9 Agustus, Operasi Desert Shield, pertahanan Amerika atas Arab Saudi, dimulai saat pasukan AS berlomba datang ke Teluk Persia.

Sementara itu Saddam Hussein, membangun pasukan pendudukannya di Kuwait menjadi sekitar 300.000 tentara.

Baca Juga: Hasil Survey Partai Baru dengan Elektabilitas Tertinggi, Partai Gelora?

Pada tanggal 29 November, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang mengizinkan penggunaan kekuatan terhadap Irak jika gagal menarik diri pada tanggal 15 Januari 1991.

Hussein menolak untuk menarik pasukannya dari Kuwait yang telah ia klaim sebagai provinsi Irak dan beberapa 700.000 tentara sekutu, terutama Amerika, berkumpul di Timur Tengah untuk memperpanjang tenggat waktu.

Pada pukul 16:30 waktu setempat, pada 16 Januari 1991, Operasi Badai Gurun yaitu serangan besar-besaran pimpinan AS terhadap Irak dimulai.

Baca Juga: Dengan Gamblang, Babinsa Jelaskan Cara Mengoperasikan Aplikasi Silacak dan Inaris

Pesawat tempur pertama diluncurkan dari Arab Saudi dan lepas landas dari kapal induk AS dan Inggris di Teluk Persia.

Sepanjang malam, pesawat dari koalisi militer pimpinan AS menggempur sasaran ke Baghdad dan sekitarnya.

Saat itu warga dunia menyaksikan peristiwa itu  melalui televisi yang disiarkan langsung melalui satelit dari Irak.

Baca Juga: Daftar Varian Corona yang Masuk Indonesia, Delta Masih Mendominasi Ketimbang Delta Plus atau Varian Lokal

Operasi Badai Gurun dilakukan oleh koalisi internasional di bawah komando tertinggi Jenderal AS Norman Schwarzkopf dan menampilkan pasukan dari 32 negara, termasuk Inggris, Mesir, Prancis, Arab Saudi, dan Kuwait.

Selama enam minggu berikutnya, pasukan sekutu terlibat dalam perang udara intensif melawan infrastruktur militer dan sipil Irak dan menghadapi sedikit perlawanan efektif dari angkatan udara atau pertahanan udara Irak.

Pasukan darat Irak tidak berdaya selama tahap perang ini, dan satu-satunya tindakan pembalasan yang signifikan dari Hussein adalah peluncuran serangan rudal SCUD terhadap Israel dan Arab Saudi.

Baca Juga: Bentuk Perhatian Bamsoet untuk Musisi: Royalti Mereka Harus Terjamin

Saddam berharap serangan rudal akan memprovokasi Israel untuk memasuki konflik, sehingga membubarkan dukungan Arab terhadap perang.

Atas permintaan Amerika Serikat, bagaimanapun, Israel tetap tak ambil bagian dalam perang.

Pada tanggal 24 Februari, serangan darat koalisi besar-besaran dimulai, dan angkatan bersenjata Irak yang ketinggalan zaman dan kekurangan pasokan dengan cepat kewalahan.

Baca Juga: Begini Cara Perpanjang SIM Online dengan SINAR

Pada akhir hari, tentara Irak telah secara efektif dilipat, 10.000 tentaranya ditahan sebagai tahanan, dan sebuah pangkalan udara AS telah didirikan jauh di dalam Irak.

Setelah kurang dari empat hari, Kuwait dibebaskan, dan mayoritas angkatan bersenjata Irak telah menyerah, mundur ke Irak, atau dihancurkan.

Pada tanggal 28 Februari, Presiden AS George Bush mengumumkan gencatan senjata, dan pada tanggal 3 April Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 687, yang menetapkan syarat-syarat untuk mengakhiri konflik secara resmi.

Baca Juga: Suka dengan Dunia Kecantikan? Wajib Follow 3 Akun Instagram Ini

Menurut resolusi tersebut, gencatan senjata Bush akan menjadi resmi, beberapa sanksi akan dicabut, tetapi larangan penjualan minyak Irak akan berlanjut sampai Irak menghancurkan senjata pemusnah massalnya di bawah pengawasan PBB.

Pada tanggal 6 April, Irak menerima resolusi tersebut, dan pada tanggal 11 April Dewan Keamanan menyatakannya berlaku.***

Editor: R. Adi Surya

Tags

Terkini

Terpopuler