Kang Demul: Kekayaan Indonesia yang Sebenarnya adalah Kebudayaan

26 Juli 2021, 22:22 WIB
Dedi Mulyadi atau Kang Demul kekayaan Indonesia yang sebenarnya adalah kebudayaan, namun sayang kekayaan yang satu ini seringkali diabaikan. /Foto: YouTube Ngobrol Asix.

Pedoman Tangerang - Mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi atau kang Demul mengatakan bangsa Indonesia memiliki kekayaan sejati yang selama ini sering terabaikan. Ia menyebut kekayaan Indonesia yang sebenarnya adalah kebudayaan.

Kebudayaan dalam pandangan Kang Demul merupakan sumber kekayaan yang tak akan pernah habis dipakai, bahkan jika dieksploitasi sekalipun. Berbeda halnya dengan kekayaan materi berupa sumber daya alam, seperti batubara yang sifatnya akan habis, cepat atau lambat.

"Kita lupa yang diomongin itu, minyak, besi, nikel, itu makin ditambang makin habis. Tapi kapan kita ngomong apa keanekaragaman kebudayaan Indonesia, di mana potensi kebudayaannya, petanya seperti apa, sehingga kita punya roadmap tentang kebudayaan Indonesia, itu kekayaan kita yang sebenarnya, yang tidak akan pernah habis dieksploitasi," kata Kang Demul dalam podcast YouTube Ngobrol Asix bersama Anang Hermansyah, beberapa waktu lalu.

Kebudayaan menjadi ciri khas sebuah bangsa di manapun. Di Indonesia, keberagaman suku dan bahasa yang tersebar luas dengan segala ciri khasnya, akan melahirkan kebudayaan yang begitu besar.

Baca Juga: Idul Adha, Menilik Kembali Temuan Besar Kang Dedi Bernama Domba Garwa

Andai saja potensi setiap kebudayaan ini dieksploitasi, dalam arti didayagunakan, Kang Demul memandang Indonesia mampu menjadi negara 'super power budaya'.

"Misal Kalimantan kalau diambilin tambangnya, habis tuh lama-lama. Ditebasin hutannya juga habis. Tapi kalau dieksploitasi kebudayaan dayaknya, makin mendunia," ujarnya.

Dalam podcast itu, Anang lantas menanyakan mengapa Kang Demul yang kini menjabat Anggota DPR memilih untuk duduk di Komisi IV yang membidangi lingkungan dan pertanian, sementara ia memiliki kepedulian terhadap kebudayaan.

Jika punya kepedulian besar terhadap budaya, tentu Kang Demul akan memilih duduk di Komisi X DPR yang membidangi pendidikan dan kebudayaan.

Baca Juga: Aksi Mulia Dedi Mulyadi Titip Uang ke Pengadilan untuk Bayar Denda Pelanggar PPKM

"Kalau gitu kenapa enggak duduk di Komisi IV, kenapa enggak di Komisi X?," tanya Anang.

"Harus ini (lingkungan) dulu yang diamankan. Kan enggak akan ada kebudayaan kalau hutannya habis," ujar Kang Demul terkikik-kikik.

Menurutnya, hutan atau lingkungan yang menjadi rumah bagi masyarakat budaya harus dilindungi jika ingin kebudayaan itu dapat tetap terjaga.

Tanpa adanya hutan, atau malah berbalik mengekploitasi lingkungan, mustahil kebudayaan suatu masyarakat bisa bertahan. Kebudayaan itu justru akan terkikis seiring hutan yang menjadi wadah pelindungnya dibabat habis.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Desak Penyelesaian Pencemaran Minyak Pertamina di Karawang

Untuk itulah, kata Kang Demul, ia bersama Anggota DPR di komisinya tersebut berupaya menjaga kelestarian lingkungan dengan membentuk Panitia Kerja (Panja) mengenai Penyusunan RUU Perubahan atas UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Kang Demul yang menjadi Ketua Panja tersebut mengatakan pihaknya berharap revisi aturan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.

Aturan tersebut akan menjamin adanya kepastian hukum antara kewajiban umat manusia melindungi alamnya dalam hubungan antara masyarakat dengan sumber daya alam. Hal inilah yang menjadi alasan politisi Golkar tersebut memilih untuk berjuang di komisi IV.

"Hari ini orang teriak-teriak tentang kebhinekaan, pluralisme, saya bilang omong kosong kebhinekaan pluralisme kalau kita enggak ngejagain hutan. Karena kelompok masyarakat tradisi yang tersebar 700 sampai 800 bahasa, itu adalah kelompok yang tinggal dipinggir laut, di hutan, ya kelompok-kelompok adat itu," kata Kang Demul.***

Editor: Alfin Pulungan

Tags

Terkini

Terpopuler