Bharada E Bebas dari Pasal Pembunuhan Berencana, Ketua IPW: Brigadir J Disayat dan Dieksekusi

- 7 Agustus 2022, 11:10 WIB
Bharada E Bebas dari Pasal Pembunuhan Berencana, Ketua IPW: Brigadir J Disayat dan Dieksekusi
Bharada E Bebas dari Pasal Pembunuhan Berencana, Ketua IPW: Brigadir J Disayat dan Dieksekusi /Diolah dari Google

Pedoman Tangerang - Polri resmi menetapkan satu tersangka dalam kasus penembakan Brigadir Nopryansyah Josua Hutabarat alias Brigadir J.

Direrktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian mengungkapkan bahwa yang ditetapkan sebagai tersangka adalah Bharada E.

Sebelum penetapan tersangka, penyidik sudah melakukan pemeriksaan kepada 42 orang saksi, termasuk di dalamnya adalah Ahli-ahli baik dari unsur biologi kimia forensik dan metalurgi balistik forensik, IT Forensik, dan kedokteran forensik.

"Termasuk telah melakukan penyitaan terhadap sejumlah barang bukti baik berupa alat komunikasi, cctv, dan barang bukti yang ada di TKP. Itu sudah diperiksa atau diteliti oleh laboratorium forensik maupun yang sedang dilakukan pemeriksaan di laboratorium forensik," katanya saat konferensi pers di Gedung Divisi Humas Polri, Jakarta Selatan pada Rabu 3 Agustus 2022.

Baca Juga: Disebut Pembunuh Brigadir J, Bharada E Sakit Hati, Refly Harun: Semoga Ia Berani Mengungkapkan...

Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso menanggapi keputusan kuasa hukum Bharada E.

Sugeng menyebut, sejak awal kematian Brigadir J diumumkan ke publik, dirinya sudah merasa ada yang aneh dan janggal dengan kasus tersebut.

"Alasannya katanya Brigadir J melakukan pelecehan terhadap Nyonya Putri serta juga pengancaman. Kemudian dia menembakan 7 peluru, ditembak 5 peluru. Ini sudah aneh," ungkap Sugeng.

Sugeng mengaku, saat kasus itu diumumkan ke masyrakat, dia langsung mendapatkan informasi mengenai luka sayatan di wajah jenazah Brigadir J.

Baca Juga: Bharada E Tersangka, Tak Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana, Ketua IPW: Ini Ada yang Ganjil!

Melihat luka-luka di tubuh Brigadir J itu, Sugeng menilai hal tersebut tidak sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh pihak kepolisian.

Sugeng pun mempertanyakan seorang yang sudah dua tahun bekerja sebagai ajudan Ferdy Sambo sekaligus sopir pribadi berani melakukan pelecehan seksual.

"Yang saya berfikir adalah orang ini pada saat melakukan itu, terjadi perubahan psikologis mendadak. Mungkin dia minum obat atau kesambat, (gak mungkin dalam keadaan) ordinary," ucapnya.

Sugeng ikut mempertanyakan seseorang yang sudah dua tahun bekerja sebagai ajudan Ferdy Sambo yang sekaligus sopir pribadi berani melakukan pelecehan seksual.

"Yang saya berfikir ialah orang ini pada saat melakukan itu terjadi perubahan psikologis mendadak. Mungkin dia minum obat atau kesambat, (gak mungkin dalam keadaan) ordinary," ungkapnya.

Dia juga memaparkan, untuk melakukan profiling terhadap psikologis seseorang, hal ini bisa dilakukan melalui alat komunikasi.

Namun, lagi dan lagi kejanggalan ditemukan kembali dari komunikasi Brigadir J sebelum tewas dengan sang keluarga.

Lebih lanjut, Sugeng mengungkapkan adanya luka tembak serta bekas penganiayaan di tubuh Brigadir J.

Karenanya, hal tersebut harus dijadikan sebagai faktor soal penyebab kematian.

"Dia menembak 7 peluru, ditembak mati, kemudian dilukai mukanya. Gak match, sudah mati kok," ucapnya menjelaskan.

Berdasarkan luka-luka yang ada di tubuh jenazah, Sugeng menduga Brigadir J mendapati luka sobekan dalam posisi berdiri.

Ia juga curiga, hal itu dilakukan oleh pelaku dengan rasa jijik dan marah sehingga Brigadir J sengaja disayat dari jarak dekat.

"Jadi info dia melakukan 7 tembakan, kira-kira logis nggak? Itu sudah gak masuk akal, bos," terang Sugeng.

Sebelumnya, Eks Kadiv Humas Polri, Irjen (Purn) Aryanto Sutadi mengaku bingung dengan perkembangan kasus tewasnya Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.

Meski sudah lebih dari dua minggu, tetapi polisi masih belum kunjung menetapkan tersangka yang membunuh Brigadir J.

Dengan begitu, Aryanto mengatakan bahwa saat ini polisi sudah berhasil membuat masyarakat dan juga dirinya sendiri kebingungan.

"Sekarang ini kondisinya, masyarakat bingung protes, polisi bingung, purnawirawan pun bingung. Kira-kira apa saran Mas Aryanto untuk kasus ini?," tanya Eks Kadensus 88 Irjen Pol. (Purn) Bekto Suprapto kepada Aryanto Sutadi, dikutip dari kanal YouTube Polisi Ooh Polisi.

"Jadi gimana, polisi sudah berhasil membuat bingung masyarakat, tapi saya bener, saya juga bingung, yang mengikuti saja bingung apalagi masyarakat yang cuma ngikutin dari medsos, bingung lah," jawabnya.

Aryanto Sutadi memberi saran agar polisi bisa segera mengungkap kasus tewasnya Brigadir J seterang-terangnya tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Ia menganggap polisi tidak boleh sampai bertindak konyol dengan bekerja secara tidak transparan dalam kasus ini.

"Saran saya, jangan sampai polisi konyol berakhir dengan hancur lebur hanya gara-gara melindungi suatu yang diduga ditutupi, siapa yang menduga ditutup-tutupi? Masyarakat dan presiden, jangan ditutup-tutupi, makanya saran saya, polisi harus pandai tidak menutup-nutupi," ujar Aryanto.***

Editor: Bustamil Arifin

Sumber: YouTube Refly Harun YouTube Polisi oh Polisi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x