Ketua DPD RI: Pelajaran Agama Bisa Tangkal Penyebaran Radikalisme di Medsos

- 30 Juni 2021, 11:30 WIB
Ketua DPD RI, LaNyalla Matalitti.
Ketua DPD RI, LaNyalla Matalitti. /Foto: Dok. DPD RI.

Pedoman Tangerang - Derasnya informasi melalui media sosial, kerap diiringi dengan masuknya paham radikalisme hingga terorisme. Adapun yang menjadi sasaran adalah generasi muda.

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta hal ini diantisipasi. Menurutnya, pelajaran agama bisa menjadi penyaring untuk meredam penyebaran paham-paham tersebut.

LaNyalla menyampaikan hal tersebut untuk menanggapi penelitian Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Dari penelitian tersebut, diketahui jika potensi radikalisme paling berbahaya masuk melalui dunia digital maupun media sosial (medsos). Karena, medsos mudah dijangkau warga khususnya anak-anak hingga remaja.

FKPT Kalsel menyatakan, potensi paham-paham tersebut dilihat dari dimensi pemahaman ada sebesar 6,1%, dimensi sikap sebanyak 23,7% dan dimensi tindakan sebanyak 1,3%. Artinya, jumlah masyarakat yang tidak mengerti terhadap paham-paham itu, atau sekedar ikut saja, cukup tinggi.

Baca Juga: Aktivis Gusdurian Ajak Geliatkan Pancasila di Medsos untuk Hadapi Radikalisme

“Konten-konten yang memuat teror dan ujaran kebencian sangat banyak tersebar di media sosial dan memiliki potensi yang signifikan terhadap paham-paham radikalisme dan terorisme. Ini harus menjadi perhatian serius,” tutur LaNyalla, Rabu, 30 Juni 2021.

Dari penelitian tersebut, diketahui jika indeks potensi radikalisme cenderung ada pada kalangan gen Z, dan mereka yang aktif di internet dan sosial media. Hasil penelitian yang menyebut 86% generasi Z menerima informasi keagamaan dari internet. 

“Maka upaya penangkalan harus dilakukan secara serius dan sedini mungkin. Jadi sangat tepat penangkalan potensi teroris melalui pemahaman pembelajaran agama di sekolah,” ujar LaNyalla.

Senator asal Jawa Timur ini menambahkan, mayoritas masyarakat dengan literasi rendah menerima informasi begitu saja tanpa mencari informasi pembanding. Minimnya literasi juga berpotensi memicu provokasi seperti penistaan agama dan ujaran kebencian.

Halaman:

Editor: Alfin Pulungan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x