Aktivis Gusdurian Ajak Geliatkan Pancasila di Medsos untuk Hadapi Radikalisme

- 6 Juni 2021, 14:30 WIB
Aktivis Gusdurian, Mohamad Guntur Romli.
Aktivis Gusdurian, Mohamad Guntur Romli. /Instagram.com/@gunromli/
 
Pedoman Tangerang - Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN) menyelenggarakan diskusi dengan tema "Tantangan Ideologi Pancasila" yang menghadirkan Aktivis Gusdurian, Guntur Romli dan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo, Sabtu, 6 Juni 2021.
 
Guntur Romli menjelaskan bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan serius soal gerakan radikal transnasional.
 
"Kita menghadapi tantangan ideologi transnasional radikal sangat gencar dan bahkan tidak bisa dihalangi karena adanya kemajuan teknologi," Jelasnya.
 
Penyebaran paham radikal seperti ISIS, kata Romli, sudah gencar sejak 2011 lalu. Sarana mereka adalah media sosial dengan sasaran utamanya anak-anak muda.
 
 
"Penyebaran paham ISIS dari tahun 2011 dengan melancarkan propaganda melalui media sosial dan menarik simpati dunia dengam media sosial," ujar dia
 
Romli menuturkan saat itu masyarakat belum sadar akan bahaya media sosial. Namun sekarang ancamannya sudah nyata terjadi. Pemerintah pun gen at mengawasi gerakan-gerakan organisasi Islam tertentu untuk menangkal bahaya itu.
 
Ia menyebutkan seperti Hizbut Tahrir Indonesia yang dibubarkan pada 2017 lalu. Menurutnya, organisasi itu sering melakukan propaganda melalui media sosial.
 
Ancaman transnasional radikalisme sudah terbukti dalam tindakan kekerasan seperti terorisme atau politik radikal yang ingin merubah Pancasila, UUD 1945. Mereka bergerak melalui media sosial karena jika dilakukan demo akan ada banyak keterbatasan.
 
 
Walaupun sudah dibasmi dan dibubarkan, kata Romli, propaganda transnasional radikal ini sudah masuk ke dalam masyarakat.
 
Benny Susetyo menanggapi dengan mengatakan bahwa kemajuan teknologi saat ini tidak diiringi dengan pemantapan. Kondisi ini mengakibatkan munculnya ancaman ideologi asing mudah masuk ke pikiran masyarakat.
 
"Teknologi tanpa memantapkan ideologi akan terancam dalan kehidupan sehari-hari. Pendidikan Pancasila juga sudah tidak ada, dan masuk transnasional radikal ini. Banyak yang memanipulasi nilai agama. Membenarkan kekerasan atas nama agama," tutur Benny.
 
Benny menambahkan Generasi setelah 98 banyak yang tidak memahami Pancasila. Ancaman semakin serius ketika media sosial sudah menjadi alat penyebaran dan propaganda.
 
 
Benny mengatakan anak-anak muda saat ini memerlukan role model dari para elite politik yang mampu menjadi teladan kebangsaan. Anak muda, kata dia, tak boleh absen dari bimbingan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
 
"Pancasila harus menjadi ideologi yang hidup dan praksis dengan kebijakan," kata Benny.***

Editor: Alfin Pulungan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x