GAWAT! Virus Marburg Muncul di Guinea

- 10 Agustus 2021, 15:23 WIB
Petugas kesehatan memindahkan jasad wanita yang tewas akibat virus Ebola
Petugas kesehatan memindahkan jasad wanita yang tewas akibat virus Ebola /Foto: REUTERS/Josephus Olu-Mammah

Pedoman Tangerang - kasus virus Marburg, demam berdarah mematikan yang mirip dengan Ebola, telah terdeteksi di Guinea, kata kementerian kesehatan, Jumat.

Dua laboratorium di Guinea mengkonfirmasi kasus Marburg dan sampel telah dikirim ke negara tetangga Senegal untuk konfirmasi lebih lanjut, kata Badan Keselamatan Kesehatan Nasional (ANSS) kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Jika dikonfirmasi, itu akan mewakili kasus pertama Marburg di Afrika Barat.

Ada 12 wabah besar Marburg sejak 1967, sebagian besar di selatan dan timur Afrika serta di Eropa.

Baca Juga: Apa Hukum Kredit Mobil dan Motor Menurut Islam? Ustad Abdul Somad Menjawab

Para ilmuwan di negara Afrika Barat Sierra Leone menemukan kelelawar hidup yang terinfeksi Marburg pada 2018, tetapi tidak ada kasus yang dikonfirmasi pada manusia.

Kelelawar buah Afrika adalah inang reservoir virus.

Kemungkinan kasus terdeteksi di distrik kesehatan Nzerekore Guinea tenggara, dekat perbatasan dengan Liberia dan Pantai Gading, dan pejabat kesehatan berusaha mengidentifikasi kontak individu yang terinfeksi, kata ANSS.

Baca Juga: PPKM Diperpanjang, LOKER untuk Lulusan SMA & S1 Melimpah di PT Blue Gas Indonesia

Itu tidak memberikan rincian tentang status kesehatan orang tersebut saat ini.

Nzerekore mengalami wabah Ebola awal tahun ini di mana 23 kasus, termasuk 12 kematian, terdaftar.

Itu juga tempat wabah Ebola Afrika Barat 2013-2016, yang terbesar yang pernah ada, dimulai sebelum menyapu Liberia dan Sierra Leone.

Baca Juga: Luhut Binsar Pandjaitan Dikabarkan Perintahkan Seluruh Masjid Disegel, Cek Faktanya!

Gejala Marburg, yang membunuh sekitar 50% orang yang terinfeksi, termasuk sakit kepala, muntah darah, nyeri otot dan pendarahan melalui berbagai lubang.

Penularan terjadi melalui kontak dengan cairan dan jaringan tubuh yang terinfeksi.

Angola menderita epidemi terburuk pada tahun 2005, ketika 90% dari 252 orang yang terinfeksi di negara Afrika selatan itu meninggal.***

Editor: R. Adi Surya

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah