Pedoman Tangerang - Raja Mswati III, raja absolut terakhir yang tersisa di Afrika yang telah memerintah negara Eswatini itu selama lebih dari tiga dekade, menghadapi hujatan dari seluruh rakyatnya.
Raja Mswati III dituduh oleh para demonstran telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan menjalankan pemerintahan yang represif.
Negara Eswatini (yang sebelumnya dikenal sebagai Swaziland) telah memberlakukan jam malam dari senja hingga fajar setelah pemimpin negara mendapat protes besar-besaran dari kelompok pro-demokrasi.
Baca Juga: Pandemi di Korea Utara Makin Memburuk, Kim Jong Un Kecam Para Pejabat Senior Partai Buruh
Kelompok pro-demokrasi telah mengguncang negara kecil di selatan benua Afrika tersebut selama tiga hari berturut-turut.
Aktivis berjanji untuk tidak melakukan demonstrasi jika pemerintah menerima tuntutan reformasi para demonstran dan pencabutan larangan terhadap semua partai oposisi di negara itu.
Video orang membakar ban dan membarikade jalan di kota terbesar, Manzini, dan pusat kota Matsapha telah beredar di media sosial.
Baca Juga: Megawati Sebut Tokopedia Banyak Jual Produk Buatan Asing, Ini Jawaban Bos Tokopedia
“Sayangnya, protes yang kita lihat akhir-akhir ini telah dibajak oleh unsur-unsur kriminal. Hal seperti itu tidak dapat diterima dalam keadaan apa pun,” kata penjabat perdana menteri Themba Masuku dalam sebuah pernyataan, dikutip Pedoman Tangerang pada Selasa, 29 Juni 2021.