Tahun 2035, Hanya Mobil Listrik Yang Boleh Dijual Di Uni Eropa, Bagaimana Nasib Para Pekerja?

17 Februari 2023, 13:00 WIB
Tahun 2035, Hanya Mobil Listrik Yang Boleh Dijual Di Uni Eropa, Bagaimana Nasib Para Pekerja? /Mantra Sukabumi /FreeImages

Pedoman Tangerang – Untuk mengurangi emisi gas karbon dari kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak atau Bahan bakar fosil, Parlemen Uni Eropa telah mengesahkan per tahun 2035, hanya mobil listrik yang akan dipasarkan di Eropa.

Namun kebijakan ini menimbulkan banyak pertanyaan, salah satunya tentang para pekerja di Uni Eropa, apakah mereka terkena dampaknya?

Komisaris Uni Eropa untuk Perlindungan Iklim, Franz Timmermans, mengatakan bahwa konversi industri mobil ke listrik sedang berlangsung di seluruh dunia.

 Baca Juga: Syarat Pengajuan KUR BRI 2023, Ada Rp270 Triliun Siap Cair, Bunga Rendah Bisa Bikin Sumringah

“Suka atau tidak suka, revolusi industri sedang terjadi. Kita dapat memilih untuk menjadi yang terdepan atau kita dapat memilih untuk menyingkir dan membiarkan produksi di wilayah lain di dunia,” kata Timmersmans di Parlemen Eropa di Strassbourg.

Dalam tiga atau empat tahun terakhir, industri mobil Eropa telah berupaya keras untuk beralih ke kendaraan listrik.

Namun, anggota parlemen yang kritis di parlemen percaya bahwa restrukturisasi industri juga akan menyebabkan hilangnya banyak pekerjaan.

Baca Juga: Arab Saudi Turunkan Bantuan Untuk Korban Gempa di Suriah dan Turki

Pabrik mobil Ford, yang berambisi memproduksi mobil listrik pada tahun 2030, mengumumkan hari Rabu 14 Februari 2023, akan memangkas 4.000 pekerjaan di Eropa, sebagian besar di Jerman.

Serikat industri logam juga memperingatkan bahwa banyak perusahaan yang dapat memindahkan produksinya ke luar negeri untuk menghemat biaya. Komisaris Uni Eropa Frans Timmermans menegaskan bahwa industri mobil di Eropa harus lebih dipromosikan.

Peralihan ke kendaraan listrik memiliki keuntungan lain bagi pengendara. “Kami berharap mobil netral iklim menjadi lebih murah. Dan kami harus menawarkan kendaraan dengan harga terjangkau. Biaya pengoperasian mobil listrik sudah lebih rendah daripada mobil bermesin BBM,” kata Jan Huitema.

Baca Juga: Indonesia Surplus Beras Kok Malah Impor? Peneliti: Aneh

Banyak anggota parlemen dari Partai Konservatif, termasuk Jerman yang memiliki industri mobil yang besar, mengkritik bahwa undang-undang Eropa ini akan secara efektif melarang mesin berbahan bakar fosil. Alternatif untuk mobil listrik, seperti mesin dengan bahan bakar sintesis, tetapi netral iklim semakin tidak mungkin diwujudkan.

Politisi seharusnya tidak memberitahu para insinyur cara terbaik untuk membuat mobil dan mengurangi emisi hingga nol, kata Jens Giesecke dari Partai Demokrat Kristen CDU.

Makna dari undang-undang tersebut berarti setelah tahun 2035, maka hanya kendaraan bermesin lama, tetapi yang sudah mendapat izin beroperasi, yang bisa jalan.

Padahal kendaraan baru tidak akan tersedia dalam jumlah yang cukup atau akan terlalu mahal. Jens Giesecke menyebutnya efek “Havana”. Di Kuba, sebagian besar mobil yang ada di jalanan adalah mobil “antik”, karena AS telah melarang ekspor kendaraan ke negara komunis Kuba.

Fraksi Kristen-Demokrat menganjurkan untuk memberi kesempatan pada kendaraan dengan mesin pembakaran berbahan bakar sintetis, yang diproduksi dengan cara netral iklim.***

Editor: Abdul Majid

Tags

Terkini

Terpopuler