Ketua DPR Puan Maharani Sarankan Penanaman Chip Disetiap Tangan Warga, Cek Faktanya

2 November 2021, 17:10 WIB
Ketua DPR RI Puan Maharani. /Twitter @puanmaharani_ri/ /

Pedoman Tangerang - Ketua DPR Puan Maharani menyarankan dilakukan penanaman Chip disetiap tangan warga Indonesia.

Selain itu informasi disebutkan agar orang dapat dikontrol kegiatannya.

Informasi penanaman Chip ditanam pada setiap warga ramai diperbincangkan setelah akun Tiktok @ESCHATOLOGY.CHANEL. mengunggah video dengan narasi 'Puan Maharani menyarankan penanaman microchip di tangan'.

Ketua DPR Puan Maharani menyarankan dilakukan penanaman Chip disetiap tangan warga Indonesia. Tangkapan layar ESCHATOLOGY.CHANEL

Baca Juga: Prabowo Subianto Dikabarkan Diancam Gatot Nurmantyo, Akibat Tak Setuju dengan Kebijakan Menhan, Cek Faktanya

Adapun narasi selengkapnya adalah sebagai berikut:

"WADUH…WADUH… PUAN MAHARANI SARANKAN PASANG MICROCHIP DI TANGAN"

Berdasarkan hasil penelusuran narasi yang menyebut bahwa Puan Maharani menyarankan pemasanagn microchip di tangan tidaklah benar.

Dalam unggahan akun Tiktok tersebut terdapat kekeliruan penggunaan video wawancara Puan Maharani tentang pemasangan microchip itu.

Perlu diketahui Youtube media Beritasatu menggunggah video 5 tahun lalu, Puan Maharani memang mengajukan rencana penanaman chip. Namun rencana itu bukan ditujukan untuk semua masyarakat Indonesia melainkan hanya untuk pelaku kejahatan seksual saja.

Baca Juga: Negara akan Ambil Alih Tanah Jika Masyarakat Tak Urus AJB Selama 5 Tahun, Cek Faktanya

Menurut Puan pemasangan chip ini merupakan tindakan pengawasan dan pencegahan agar pelaku tindak kejahatan seksual tidak mengulangi kejahatannya lagi.

Puan menyebut bahwa rencana tersebut masih dalam proses koordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengatur mekanisme pelaksanaannya.

Berdasarkan hasil analisis di atas, narasi yang menyebutkan bahwa Puan Maharani menyarankan penggunaan microchip di tangan merupakan informasi yang keliru dan tidak benar.

Video yang diunggah oleh @ESCHATOLOGY.CHANEL termasuk ke dalam fabricated content, di mana 100 persen isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.***

Editor: Bustamil Arifin

Tags

Terkini

Terpopuler