Pertama aktivitas angin monsun Asia, menyebabkan meningkatnya penambahan massa udara basah, pola pertemuan massa udara dari laut Jawa hingga Sulawesi.
Kedua, pembentukan pusat tekanan rendah di selatan Indonesia.
Selanjutnya, terpantau juga aktivitas gelombang atmosfer seperti Madden Julian Oscilaltion (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuatorial.
Tidak hanya itu, suhu muka laut hangat serta adanya daerah belokan angin dan daerah pertemuan angin di sekitar wilayah Banten juga meningkatkan potensi cuaca ekstrem.
Kondisi itu dapat memicu berbagai bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, pohon tumbang, dan lain sebagainya.
Untuk itu, masyarakat dan pihak-pihak terkait dihimbau untuk melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Upayakan untuk bisa membersihkan saluran air atau sungai, jauhi tanah yang labil atau mudah longsor, lakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang sudah mulai rapuh.
Semua itu diutarakan Kepala Balai Besar MKG Wilayah II Banten, Hartanto untuk mencegah Hal-hal yang tidak diinginkan.***