Teks Khutbah Jum’at: Mensucikan Diri Di Bulan Ramadhan

- 21 Maret 2024, 16:00 WIB
Teks Khutbah Jum’at: Mensucikan Diri Di Bulan Ramadhan
Teks Khutbah Jum’at: Mensucikan Diri Di Bulan Ramadhan /Pixabay/chiplanay

Pedoman Tangerang – Khutbah Jumat adalah salah satu rangkaian yang harus dilakukan dalam melaksanakan sholat jumat. Dan menjadikan pembeda dengan sholat fardhu lainnya.

Khutbah merupakan salah satu bentuk dakwah yang dilakukan oleh seorang khatib dalam shalat Jum’at. Selain itu khutbah memiliki tujuan untuk memberikan pengajaran, nasihat, dan membimbing umat Muslim dalam menjalankan ajaran agama Islam.

Khutbah menjadi media untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan, mengingatkan umat tentang kebaikan, meluruskan pemahaman yang salah, dan memotivasi umat dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Penyampaian bacaan khutbah Jumat oleh Khatib memiliki dua bagian yaitu khutbah pertama dan khutbah kedua disertai doa yang dipisahkan dengan duduk.

Baca Juga: Teks Khutbah Jum’at: Menjaga Puasa Ramadhan Tetap Berkualitas

Berikut teks khutbah Jum’at, Mensucikan Diri Di Bulan Ramadhan

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ

 أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدابن عبد الله وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَاب . وَقَالَ: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُون

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Syukur alhamdulillah mari kita tanamkan dalam hati dan kita ucapkan dengan lisan, sebagai kata kunci pertama atas segala nikmat dan karunia yang Allah swt berikan kepada kita semua, khususnya nikmat iman dan sehat.

Sehingga kita bisa terus istiqamah dalam mengerjakan ibadah wajib satu pekan satu kali ini, yaitu shalat Jumat. Semoga ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya.

Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wa sahbih, yang telah sukses menjalankan visi misi dakwahnya dalam menyebarkan ajaran Islam yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang.

Selanjutnya, sebagai awal dalam memulai khutbah Jumat di atas mimbar yang mulia ini, kami selaku khatib mengajak diri sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan sholat Jumat ini, untuk terus berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Alah swt dengan hakikat takwa yang sesungguhnya, dengan menjalankan semua yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Mari kita kuatkan iman, kita tingkatkan takwa, kita teguhkan akidah, dan kita upayakan istiqamah dalam diri kita untuk mengerjakan ibadah kepada Allah swt, sebab hanya dengan cara inilah kita semua akan menjadi hamba yang selamat, baik di dunia maupun di akhirat. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ

Artinya, “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS Al-Baqarah [2]: 197).

Baca Juga: Teks Khutbah Jum’at: Hakikat Puasa Ramadhan

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Bersyukur, alhamdulillah, kita dapat kembali menjumpai Ramadhan, bulan yang sangat istimewa dan sarat keutamaan. Ramadhan, bulan yang memang sangat ditunggu kedatangannya karena kemuliaannya yang sangat besar. Kita bisa melihat dengan ragam pandangan terhadap bulan Ramadhan berdasarkan dengan keistimewaan dan kemuliaannya itu.

Kita dapat melihat sekaligus memaknai bulan Ramadhan sebagai bulan peleburan dosa. Kita juga bisa memandang bulan Ramadhan sebagai kesempatan meraih pahala yang berlipat dan rahmat Allah swt.

Selain itu, kita bisa mengartikan Ramadhan sebagai upaya dalam meningkatkan kesalehan sosial dan memacu kedermawanan kepada sesama, dan banyak lagi cara pandang yang bisa dipakai untuk melihat keistimewaan-keistimewaan yang ada pada bulan Ramadhan.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Dari sekian banyak cara pandang di atas, alfaqir secara khusus ingin mendalami tentang Ramadhan sebagai kesempatan untuk melebur dosa-dosa yang mungkin saja Allah swt belum mengampuni pada kesempatan-kesempatan sebelumnya. Di bulan Ramadhan kali ini mari kita jadikan kesempatan untuk menyucikan diri meriah rahmat dan kasih sayang Allah swt.

Dalam sebuah hadits yang masyhur, dari jalur Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya, “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa masa lalunya akan diampuni.”

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat 15 Maret 2024: Mengimplementasikan Sikap Hati Bersih dari Dendam dan Dengki

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Isi hadits ini mengonfirmasi dan menguatkan terkait cara pandang kita terhadap bulan Ramadhan sebagai wasilah untuk peleburan dosa. Kita menyadari, seiring dengan bertambahnya waktu dan usia, sedikit atau banyak, sengaja maupun tidak, kita pernah tergelincir dalam dosa. Untuk itu, bulan Ramadhan hadir sebagai kesempatan yang tepat, untuk mendapatkan ampunan atas dosa yang telah lampau.

Abu al-Husain Ali bin Khalaf bin Abd al-Malik, atau lebih dikenal dengan Ibnu Baththal, saat memberikan penjelasan (syarh) atas kitab Sahih al-Bukhari, memberikan ulasan bahwa “ghufira lahu ma taqaddama min dzanbihi” merupakan kalimat umum yang diharapkan supaya seseorang mendapatkan ampunan atas seluruh dosanya, baik kecil maupun besar (Syarh Sahih al-Bukhari li Ibn Baththal, juz 04 hal.149).

Mungkin saja kita kerap mendengar bahkan mengetahui sebelumnya akan pemahaman ini dari berbagai sumber, namun penting saya kira kembali disampaikan pada kesempatan yang baik ini. Harapannya, kita semua bisa mengindahkan dan memanfaatkan betul akan keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan yang sudah disediakan untuk kita.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk meraih ampunan Allah swt di bulan Ramadhan ini? Menjawab pertanyaan ini, mari kita pahami terkait redaksi îmânan (keimanan) dan iḫtisâban (berharap pahala dari Allah) yang ada pada hadits di atas.

Abu al-Fadl Ahmad bin Ali bin Hajar, atau lebih dikenal dengan Ibnu Hajar al-Asqalani, menjelaskan bahwa status dua kata tersebut bisa menjadi maf’ûl lah atau tamyîz, atau ḫâl di mana bentuk masdar tersebut bermakna isim fâil/pelaku (Fathul Bari Sarh Sahih al-Bukhari li Ibn Hajar, juz 4, h.115).

Jika mengikuti struktur yang terakhir, maka orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, dan mendapatkan maghfirah Allah, haruslah berstatus mukmin (orang yang beriman) dan muḫtasib (orang yang berharap pahala dari Allah).

Kedua pesan penting ini perlu untuk selalu diselaraskan dan direfleksikan kembali pada tiap rutinitas amal ibadah kita, terutama terkait dengan puasa di Bulan Ramadhan ini. Diksi îmânan (keimanan), memberikan pesan penting bahwa fondasi ibadah puasa ini dilandasi dengan keimanan.

Baca Juga: Teks Khutbah Jum’at: Menjaga Pahala Puasa

Diksi kedua adalah ihtisaban. Makna yang sering disampaikan dan diterjemahkan, bahwa ihtisaban adalah thalab al-thawâb min Allah, mencari pahala dari Allah. Ibnu Hajar al-Asqalani (Fathul Bari Sarh Sahih al-Bukhari li Ibn Hajar, juz 4, h.115), selain menukil makna tersebut, juga menyajikan pendapat al-Khaththâbi, bahwa iḫtisâban adalah:

اِحْتِسَابًا أَيْ عَزِيْمَةٌ وَهُوَأَنْ يَصُوْمَهُ عَلَى مَعْنَى الرُّغْبَةِ فِي ثَوَابِهِ طَيِّبَةِ نَفْسِهِ بِذَلِكَ غَيْرَ مُسْتَثْقِلٍ لِصِيِامِهِ وَلَا مُسْتَطِيْلٍ لِأَيَّامِهِ

Artinya, “Iḫtisâb itu berarti tekad yang kuat, yakni seseorang berpuasa atas dasar kecintaannya pada pahala yang terkandung di dalam puasa Ramadhan, (juga atas dasar) kebaikan dirinya dengan tanpa merasa terbebani atas puasa dan tak merasa terlalu panjang hari-hari puasanya.”

Dengan iḫtisâb, hendaknya kita berusaha menjalani kewajiban puasa Ramadhan dengan perasaan riang gembira, merasa ringan dalam menjalani puasa bahkan dengan disertai aktivitas ibadah lainnya, serta menghargai setiap detik dan jam yang berlalu selama bulan bulan Ramadhan.

Demikianlah khutbah Jumat pada kesempatan dan tempat yang mulia ini. Semoga memacu kita semua dalam mengisi bulan Ramadhan dengan mengerjakan puasa penuh kesadaran dan kegembiraan. Dan mari kita juga isi bulan suci dengan amalan-amalan sunnah yang dianjurkan.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat 8 Maret 2024: Hal yang Perlu Diperhatikan Menjelang Puasa Ramadhan

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ

اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Komitmen takwa kepada Allah SWT hanyalah diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman.

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa perilaku takwa akan mudah kita raih kalau kita memiliki keimanan yang kuat kepada Allah SWT.

Ketakwaan kepada Allah SWT merupakan bagian dari konsekuensi dari keimanan kita kepada-Nya. Iman tanpa diiringi perilaku takwa, yaitu berupa ihsan, maka sesungguhnya keimanan tersebut tidak sempurna adanya.

Oleh karena itu, marilah terus kita pelihara dan perkuat iman kita, dan selanjutnya diwujudkan dengan ketakwaan kita yang semaksimal mungkin, sesuai batas kemampuan yang kita miliki.

Akhirnya, marilah kita berdo’a kepada Allah SWT, dengan penuh ketundukkan dan kekhusyu’an hati, agar kita senantiasa mendapatkan ampunan, hidayah dan bimbingan-Nya.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله محمد كما صليت وسلمت على إبراهيم وعلى آله إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد.

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَالله اِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يذكركم وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

Demikian teks khutbah jumat, Mensucikan Diri Di Bulan Ramadhan.***

Editor: Abdul Majid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah