Teks Khutbah Jum’at: Dua Akhlak Utama Manusia

- 29 Desember 2023, 06:00 WIB
Teks Khutbah Jum’at: Dua Akhlak Utama Manusia
Teks Khutbah Jum’at: Dua Akhlak Utama Manusia /pixabay/

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)

Kata akhlak atau khuluq secara bahasa berakar dari kata yang sama dengan kata Khaliq (pencipta) dan Makhluq (yang diciptakan). Prof. Yunahar Ilyas rahimahullah menjelaskan bahwa kesamaan akar kata tersebut mengisyaratkan adanya keselarasan dan keterpaduan antara perilaku makhluk (manusia) dan kehendak Khaliq (Allah). Sementara Ibnu Manzur dalam lisanul ‘arab mengartikan Akhlaq/khuluq dengan ad-diin (agama).

Dengan adanya makna di atas, Akhlak seakan-akan dijadikan pondasi dalam membangun tegaknya agama ini. Islam ini akan rusak apabila akhlak umat Islam juga rusak.

Di antara kerusakan itu misalnya, Maraknya korupsi di kalangan Pejabat, praktik riswah yang membudaya, kemaksiatan di mana-mana, perselingkuhan yang marak terjadi, istri mengkhianati suaminya atau suami mengkhianati istrinya.

Di antara penyebab suburnya perilaku-perilaku rendah dan buruk di atas ialah hilangnya dua akhlak utama dalam diri seorang mukmin yang seharusnya mengakar dalam hati, dua akhla tersebut yakni Muroqobah dan Al-Haya’ (Malu).

Muroqobah merupakan kesadaran diri seorang muslim bahwa dia selalu dalam Pengawasan Allah swt, kesadaran yang didorong dengan keimanan bahwa Allah senantiasa mengawasi, melihat, dan mencatat segala macam perilaku baik dan buruk, kecil dan besarnya.

وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ رَّقِيبٗا...

“... Dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu” (QS. Al-Ahzab: 52)

Pada diri manusia kerap kali tersimpan keinginan jahat saat mereka sendiri tanpa diketahui orang lain. Maka manusia adalah pengawas bagi dirinya sendiri. Potensi melakukan kejahatan dapat diatasi dengan dua hal, yakni merasa diawasi Allah karena takut murka-Nya, bisa pula karena takut kekuasaan negara.

Kita ingat tentang kisah sosok pemuda pengembala ternak yang diuji kejujurannya oleh Umar Bin Khotob. Saat itu, Umar ingin membeli satu ekor domba yang di gembalakan pemuda itu. Dengan tegas pemuda itu menolak. 

Halaman:

Editor: Abdul Majid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah