Jamaah yang berbahagia,
Ayat tersebut menunjukkan bahwa kita harus berlaku adil terhadap siapapun. Kebencian tidak boleh menjadi satu hal yang menutupi keadilan kita terhadap golongan tertentu. Pun hal ini juga memberikan pesan kepada kita, bahwa kecintaan kita terhadap orang atau kelompok tertentu membutakan kita pada kelompok lain.
Baca Juga: Contoh Teks Khutbah Jumat, 8 Desember 2023 : Cinta Seorang Hamba Kepada Allah
Memperkuat ini, Rasulullah saw bersabda.
- [عن أبي هريرة:] إِنَّ اللّٰهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وأَمْوالِكُمْ، ولٰكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وأَعْمالِكُمْ.
Artinya, “Sungguh Allah tidak melihat rupamu, bukan pula hartamu. Namun, Allah melihat hati-hatimu dan amal-amalmu.” (HR Bukhari).
Hadits tersebut menunjukkan bahwa Allah swt tidak pernah melihat suku kita, karena kita Jawa, karena kita Sunda, karena kita Minang, dan sebagainya, tidak. Allah swt juga tidak melihat kita dari ekonominya.
Karena kita kaya, terus memiliki keistimewaan tersendiri, sedangkan miskin harus termarginalkan. Allah swt memiliki pandangan yang berbeda. Barangkali miskin lebih mulia karena menerima dengan sabar dan penuh qana’ah. Sementara kaya mungkin jadi sumber kefasikan dengan keengganan berbagi.
Oleh karena itu, kita harus menjunjung tinggi keadilan, tidak boleh mendiskriminasikan golongan tertentu, kita jangan sampai membeda-bedakan antara satu individu dengan lainnya, kelompok satu dan lainnya. Sebab, kita di Indonesia hidup bersama.
Semoga kita semua diberikan kemampuan untuk dapat menjaga kesatuan dan keadilan menjunjung hak masing-masing, dan saling menghargai. Dengan begitu, Insyaallah kita dapat hidup bersama secara harmonis dalam berbangsa dan bernegara.