Teks Khutbah Jumat 18 Agustus 2023: Spirit dan Hikmah Dalam Kemerdekaan

- 18 Agustus 2023, 06:17 WIB
Ilustrasi -  Teks Khutbah Jumat 18 Agustus 2023: Spirit dan Hikmah Dalam Kemerdekaan.
Ilustrasi - Teks Khutbah Jumat 18 Agustus 2023: Spirit dan Hikmah Dalam Kemerdekaan. /Pixabay/@Konevi

Selepas menshalati jenazah sang ibunda, Zaid bin Tsabit pulang dengan menaiki bighâl (bagal; peranakan kuda dan keledai). Ketika hendak naik ke hewan tunggangan itu, Ibnu 'Abbas tiba-tiba menghampiri lalu memegang tali kendali tunggangan tersebut. Sepupu Rasulullah ini menuntunnya sebagai bentuk penghormatan.

Zaid bin Tsabit yang merasa sungkan diperlakukan demikian oleh Ibnu 'Abbas pun bertutur sopan, "Lepaskanlah, wahai anak paman Rasulullah!"

"Beginilah kami memperlakukan orang alim," jawab Ibnu 'Abbas memuji Zaid bin Tsabit. Bagi Ibnu 'Abbas, orang biasa seperti dirinya sudah sepantasnya menghormati sahabat selevel Zaid.

Sontak, Zaid mencium tangan Ibnu 'Abbas. "Beginilah kami diperintah dalam memperlakukan keluarga Nabi," katanya. Ini adalah sikap balasan atas ketawadhuan Ibnu 'Abbas. Kerendahan hati dibalas kerendahan hati.

Jamaah shalat Jumat hafidzakumullah,

Yang bisa kita petik pelajaran dari kisah singkat tadi adalah perbedaan pendapat adalah hal yang sangat lumrah. Bahkan Rasulullah sendiri merestui perbedaan yang pada tingkat cabang agama itu (furû')-bukan ushûlud dîn (pokok-pokok agama). Kenapa perbedaan pendapat itu lumrah? Karena masing-masing orang dikaruniai potensi akal yang aktif, latar belakang sosial yang beragam, dan jenis kebutuhan yang berbeda-beda.

Yang kerap dilupakan oleh mereka yang gemar memusuhi kelompok lain karena beda paham adalah jebakan setan. Seolah-olah telah memperjuangkan kebenaran tapi sesungguhnya telah meninggalkan kebenaran yang lain. Mereka bertengkar untuk "kebenaran" furû'iyyah tapi meninggalkan kebenaran yang lebih prinsipil, yakni persaudaraan. Bisa jadi yang diperjuangkan hanya setingkat hukum sunnah, tapi mengorbankan ukhuwah yang merupakan hal pokok.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَــــــــارِهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

"Demi Allah, belum beriman (dengan sempurna) seorang hamba hingga ia mencintai sesuatu untuk tetangganya seperti ia mencintai sesuatu itu untuk dirinya sendiri." (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Halaman:

Editor: Bustamil Arifin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah