Ramadhan Berkah, Kultum Menjelang Berbuka Puasa 'Puasa dan Minat Baca'

- 15 Maret 2023, 16:00 WIB
Ramadhan Berkah, Kultum Menjelang Berbuka Puasa 'Puasa dan Minat Baca'
Ramadhan Berkah, Kultum Menjelang Berbuka Puasa 'Puasa dan Minat Baca' /Pixabay/ Shafin_Protic /

Pedoman Tangerang - Ramadhan berkah, berikut ini adalah kultum (kuliah tujuh menit) yang berjudul "Puasa dan Minat Baca".

Minat baca Bangsa Indonesia termasuk di dalamnya umat Islam yang menjadi mayoritas masih berada di titik nadir.

Indonesia berada nyaris di tingkat buncit dari negaranegara yang di survei oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016.

Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Indonesia hanya menang dari Bostwana, negara Afrika yang berada di peringkat terakhir.

Baca Juga: Kultum Singkat Puasa ke 7: Keutamaan Berpuasa di Bulan Ramadhan

Padahal, secara umum infrastuktur pendukung membaca di Indonesia lebih baik dari negara-negara di Eropa yang minat bacanya lebih tinggi.

Jadi, yang diperlukan bangsa Indonesia adalah kemauan untuk membaca, membudayakan membaca, membaca sejak dini sampai mati dengan menambah semakin banyak perpustakaan komunitas dan pojok baca.

Perpustakaan-perpustakaan dan tempat baca perlu segera diaktifkan kembali di masjid, musholla, madrasah, sekolah, kantor-kantor mulai dari tingkat propinsi, kabupaten, sampai jenjang terbawah, balai RW, Balai Dusun dan Kantor Desa/ Kelurahan.

Kalau ada kemauan pasti ada jalan, Indonesia bisa belajar dari negara maju seperti di Kota Montreal Kanada yang mempunyai perpustakaan nyaman di hampir setiap radius lima kilometer.

Itu belum termasuk perpustakaan lengkap di sekolah dan universitas yang ada di kota tersebut.

Ayat pertama al-Qur’an yang turun ke bumi memerintahkan umat Islam untuk membaca: “Iqra’, Bacalah!” “Dengan menyebut Nama Tuhanmu yang telah menjadikan [makhluk].”

Asbabun nuzul ayat ini adalah ketika Muhammad SAW yang belum diutus menjadi nabi dan rasul sedang risau memikirkan masyarakat Arab yang kacau balau, tidak bermoral dan banyak melakukan penindasan.

Beliau berhalwat di Goa Hira’ untuk bertafakur, merenung, dan mencari solusi atas kebejatan moral masyarakat Arab ketika itu.

Lalu Malaikat Jibril datang pada Muhammad SAW berupa manusia dengan merangkulnya dan memintanya membaca.

Lalu apa yang dibaca? Di saat itu, belum ada lembaranlembaran ayat al-Qur’an dan belum ada tulisan yang bisa dibaca.

Muhammad SAW sendiri diyakini oleh umat Islam dikaruniai ‘kelebihan’ tidak bisa membaca alias ummi.

Karena itu, kemungkinan besar Muhammad SAW dan tentunya kini kita umat Islam diperintahkan oleh Allah Swt yang menurunkan wahyu tersebut untuk membaca ayatayat kauniyah, tanda-tanda alam serta kondisi masyarakat.

Bahasa kerennya sekarang ya umat Islam disuruh melakukan penelitian alam, sosial, dan humaniora.

Kita disuruh untuk refleksi dan memikirkan kondisi umat dan bangsa lalu dituangkan dalam bentuk tulisan laporan hasil penelitian untuk dibaca banyak orang.

Bangsa-bangsa yang maju di dunia ini dimulai dari penelitian yang mendalam dan serius yang menghasilkan berbagai macam karya tulis maupun produk inovatif yang bisa dipakai untuk kemaslahatan manusia.

Riset dan pengembangan mereka mendapat dana yang cukup tinggi, dibarengi denga etos meneliti yang sangat gigih dan bertanggungjawab demi kemajuan peradaban kemanusiaan.

Inilah yang perlu kita contoh sebagai bangsa Indonesia yang menapaki kemajuan dari negara miskin ke negara berpendapatan menengah menuju masyarakat maju, sejahtera, aman sentosa, baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.

Selain ayat-ayat kauniyah, umat Islam pada khsusunya dan bangsa Indonesia pada umumnya perlu dibudayakan menjadu habit (kebiasaan) membaca ayat-ayat qouliyah.

Angka buta huruf al-Qur’an umat Islam juga masih tergolong tinggi.

Jawapos.com mensinyalir ada separuh lebih, 54 % umat Islam Indonesia, belum bisa membaca ayat-ayat al-Qur’an.

Padahal membaca al-Qur’an itu banyak pahalanya dan membuat orang tenteram.

Al-Qur’an merupakan sumber ilmu, sumber hidayah dan tuntunan.

Itu baru tingkat membaca. Kalau dilihat dari tingkat memahami al-Qur’an pasti jauh lebih rendah lagi.

Inilah tantangan dan tuntutan yang harus dihadapi oleh umat Islam dan bangsa Indonesia untuk segera mempunyai kebijakan dan strategi budaya untuk meningkatkan minat baca ayat-ayat kauniyah maupun qouliyah, membaca tandatanda alam, membaca masyarakat sampai membaca kitab, buku dan bacaan-bacaan bermanfaat lainnya.

Membaca harus menjadi kesadaran penuh bangsa Indonesia.

Mulailah bunda dan ayahanda yang muda maupun yang tua membiasakan membaca untuk anakanaknya sehingga menjadi generasi yang berkualitas.

Mulailah pemerintah membangun sarana-sarana publik agar masyarakat mudah, murah, nyaman membaca buku dan berdiskusi.

Partisipasi masyarakat, korporat, orang kaya, orang pintar, orang peduli, pegiat sosial, bahkan semua pihak menjadi kunci suksesnya dan majunya bangsa Indonesia melalui peningkatan minat baca yang akan melahirkan minat menulis dan muncullah karya-karya inovatif dan kreatif untuk kebaikan bersama bangsa Indonesia.

Puasa Ramadhan menjadi momentum semaraknya membaca alQur’an di masjid-masjid dan musholla, lalu ditingkatkan dengan memahami ayat-ayat Allah secara luas seluas ciptaan Allah Swt.

Mari berpuasa melawan syahwat kemalasan membaca dan memulai membudayakan membaca apa saja yang bermanfaat untuk hidup kita, keluarga kita, lingkungan kita, dan bangsa Indonesia umumnya.

Mari wakaf buku untuk lingkungan di sekitar kita. Wakaf ilmu untuk mengajak orang-orang di sekeliling kita untuk cinta baca.

Budaya baca di Indonesia sudah terkubur oleh budaya nonton dan ngerumpi.

Padahal, anjuran membaca ini merupakan semangat al-Qur’an dari awal sampai akhir turunnya ayat itu.

Nama al-Qur’an sendiri berarti ‘bacaan’.

Lalu, siapa lagi yang harus membaca kalau bukan yang punya bacaan itu?

Inilah perlunya umat Islam merevolusi mentalitas, mind set, cara berpikir dan bertindak serta berkarya.

Umat Islam jangan terlena dengan media-media lain yang meminggirkan umat Islam dari semangat membaca.

Oral tradition, tradisi lesan, itu memang baik, tapi alangkah lebih baik lagi dibarengi dan dikembangkan tradisi baca dan tradisi meneliti serta menulis.

Bangsa Indonesia dan tentunya umat Islam akan semakin tertinggal dari negara-negara maju jika tidak berani mengubah kebiasaan dari sekedar chatting, Whats App posting, dan menonton menjadi tradisi yang sarat dengan kandungan ilmu, tradisi yang dapat diwariskan ke generasi yang akan datang.

Seandainya sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW tidak merekam ayat-ayat al-Qur’an dalam bentuk tulisan, pastilah kita sekarang ini tidak punya al-Qur’an.

Maka, mari kita contoh suri tauladan agung para sahabat nabi dengan banyak membaca dan menulis baik ayatayat kauniyah maupun qouliyah.

Cinta baca, cinta ilmu harus dimulai dari diri sendiri (ibda’ bi nafsik) lalu ditularkan ke keluarga dekat, teman, murid, dan lingkungan sekitar kita.

Bukankah dakwah Nabi dimulai dari keluaga dekat, istri dan keponakan, lalu teman, dan baru masyarakat luas! Jagalah dirimu dan keluargamu dari api.

Demikianlah bacaan kultum (kuliah tujuh menit) yang berjudul "PUASA DAN MINAT BACA" dibuat oleh Lathiful Khuluq, jangan lupa share ya.***

Editor: Bustamil Arifin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x