Berpuasa 6 Hari Setelah Idul Fitri: Sunnah atau Bid'ah?

- 14 Mei 2021, 15:53 WIB
Puasa enam hari setelah Lebaran apakah dibolehkan?
Puasa enam hari setelah Lebaran apakah dibolehkan? /Pixabay/

Setelah merayakan idul fitri sebagian umat muslim khususnya di Indonesia biasanya melaksanakan puasa selama 6 hari, lalu apa hukumnya berpuasa 6 hari setelah idul fitri?


Terdapat dua pendapat mazhab fiqh mengenai hukum tersebut, pertama mazhab Syafi'iah menghukumi sunnah dan kedua mazhab Malikiyah menghukumi makruh bahkan bid'ah.

Baca Juga: Insya Allah, Tips Ini Bikin Kamu Hafal Al-Quran dalam Satu Tahun


Argumentasi al-Syafi'iah yang mensunahkan berpuasa 6 hari setelah idul fitri ialah berdasarkan hadis Nabi riwayat Abu al-Ayub al-Anshari, sebagai berikut:


حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، جَمِيعًا عَنْ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي سَعْدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتِ بْنِ الْحَارِثِ الْخَزْرَجِيِّ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ»


Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Ayub, dan Qutaibah ibn Sa'id, dan 'Ali ibn Hujr, semuanya dari Isma' il bahwa Ibn Ayuh telah berkata: telah menceritakan kepada kami Isma'il ibn Ja'far telah mengkhabarkan kepada saya Sa'ad ibn S'aid ibn Qais dari 'Umar ibn Tsabit ibn Haris al-Khajrazi dari Abi Ayub al-Anshari r.a telah menceritakan kepadanya bahwa rasullah saw bersabda

"Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun." (Sahih Muslim No. 1164)

Baca Juga: Gempa Bumi Guncang Wilayah Nias Barat, Ini Tips Untuk Hadapi Gempa


Sedangkan mazhab Malikiyah memandang berpuasa 6 hari setelah idul fitri merupakan hal yang makruh bahkan ditakutkan termasuk bid'ah. Pandangan ini atas dasar pernyataan Imam Malik guru dari Imam al-Syafi'i bahwa ia tidak pernah melihat salah seorang di antara para ahli ilmu (ulama hadis) dan ulama di bidang hukum (fuqaha) berpuasa setelah idul fitri. Berikut pernyataan lengkap Imam Malik dalam kitab al-Muwatha'


قال يحيى وسمعت مالكا يقول في صيام ستة أيام بعد الفطر من رمضان إنه لم ير أحدا من أهل العلم والفقه يصومها ولم يبلغني ذلك عن أحد من السلف وإن أهل العلم يكرهون ذلك ويخافون بدعته.


Yahya berkata: Aku mendengar Imam Malik berkata tentang puasa enam hari setelah idul fitri dari bulan ramadan bahwasannya ia (Imam Malik) tidak melihat salah seorang dari ahli ilmu (hadis) dan fuqaha yang melakukan puasa ini dan tidak sampai kepada-ku tentang permasalahan itu salah seorang dari kaum salaf. Dan para ahli ilmu telah memakruhkannya dan mereka takut itu termasuk bid’ah.


Argumentasi ini didasarkan atas Amal Ahli Madinah atau tradisi keagamaan masyarakat Madinah yang terpelihara sejak zaman Nabi Saw. Dan Amal Ahli Madinah ini notabene menjadi sumber Ijtihad Imam Malik.


Menilik uraian di atas, maka diperbolehkan bagi orang yang hendak berpuasa 6 hari setelah Idul Fitri dan diperbolehkan juga bagi orang yang tidak berpuasa.


Kedua-duanya memiliki dalil yang sama-sama kuat, dan jangan jadikan perdebatan itu sebagai alat perpecahan, saling menyalahkan satu sama lain sebab perbedaan pendapat antar ulama adalah rahmat yang memudahkan amaliyah umat.***

(Artikel ini disadur dari artikel Al-Ustadz Kholik Ramdan Mahesa. S.Ag, M.Ag)

Editor: Alfin Pulungan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x