Teks Khutbah Jum’at: Hakikat Kemenangan Di Bulan Syawal

28 April 2023, 07:00 WIB
Teks Khutbah Jum’at: Hakikat Kemenangan Di Bulan Syawal /Pixabay

Pedoman Tangerang – Khutbah Jumat adalah salah satu rangkaian yang harus dilakukan dalam melaksanakan sholat jumat.

Khutbah Jumat sendiri menjadikan pembeda dengan sholat fardhu lainnya.

Penyampaian bacaan khutbah Jumat oleh Khatib memiliki dua bagian yaitu khutbah pertama dan khutbah kedua disertai doa yang dipisahkan dengan duduk.

Berikut teks khutbah Jum’at, hakikat kemenangan di bulan Syawal:

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat 28 April 2023: Meningkatkan Keimanan Usai Lebaran

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ

 أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدابن عبد الله وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَاب . وَقَالَ: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُون

Hadirin jama’ah jum’ah yang mulia, Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada Anda semua, mari kita meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan berusaha sekuat tenaga melaksanakan semua perintah-Nya serta menjauhi larangan-laranga—Nya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah swt yang senantiasa memberikan inayah dan hidayah kepada kita semua, sehingga masih diperkenankan untuk melaksanakan ibadah wajib ini. Shalawat dan salam semoga terus mengalir kepada junjungan kita semua, Nabi Muhammad saw, beserta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya yang mulia.

Baca Juga: Teks Khutbah Idul Fitri 2023: Memaknai Hari Raya Idul Fitri Agar Kembali Suci

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Kini kita tengah berada di bulan Syawal. Ramadan meninggalkan kita. Tidak ada kepastian apakah di tahun mendatang kita masih bisa berjumpa dengannya, menggapai keutamaan-keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya, ataukah justru Allah SWT telah memanggil kita.

Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah kita selama bulan Ramadan diterima oleh Allah SWT atau tidak. Dua hal yang belum pasti inilah yang membuat sebagian besar ulama terdahulu berdoa selama enam bulan sejak Syawal hingga Rabiul Awal agar ibadahnya selama bulan Ramadan diterima, lalu dari Rabiul Awal hingga Syaban berdoa agar dipertemukan dengan bulan Ramadan berikutnya.

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Secara etimologi, arti kata ‘Syawal’ adalah peningkatan. Hal itu merupakan target ibadah puasa. Pasca Ramadan, diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat ketakwaan, seorang muslim yang terlahir kembali seperti kertas yang masih bersih.

Sehingga di bulan Syawal ini kualitas keimanannya mengalami peningkatan. Tidak hanya kualitas ibadah tetapi juga kualitas pribadinya, yang selama di bulan Ramadan dilatih secara lahir batin. Tentunya kita tidak ingin ibadah yang kita lakukan dengan susah payah di bulan suci tidak membuahkan apa-apa yang bermanfaat untuk diri kita.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat 21 April 2023: Meningkatkan Keimanan Diakhir Ramadan

Kita semua mengharapkan adanya perubahan yang signifikan, sekarang dan seterusnya. Menjadi orang-orang yang selalu taat dan patuh kepada Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya. Bukankah kemuliaan seseorang itu tergantung pada ketaqwaannya?

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗ

Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT adalah orang yang paling bertakwa.” (QS Al-Hujurat: 13)

Akan tetapi, fenomena yang kita lihat di masyarakat justru sebaliknya. Syawal, seakan-akan bulan yang ditunggu-tunggu agar terlepas dari belenggu dan bebas melakukan kegiatan apa saja seperti sediakala.

Di antara indikatornya yang sangat jelas, adanya perayaan Idul Fitri dengan pesta atau dengan kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, dibukanya kembali tempat-tempat hiburan yang sebulan sebelumnya ditutup. Kemaksiatan seperti itu justru langsung ramai sejak hari pertama bulan Syawal. Na’udzubillah!

Lalu setelah itu, masjid-masjid akan kembali sepi dari jemaah salat lima waktu. Lantunan ayat suci Al-Qur’an juga tidak lagi terdengar, yang ada justru umpatan, luapan emosional, dan kemarahan kembali membudaya. Bukankah ini semua bertolak belakang dengan arti Syawal? Bukankah ini seperti mengotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan bersih kembali penuh noda.

Baca Juga: Teks Khutbah Idul Fitri 2023, Materi Sedih Membuat Jiwa Tersedu

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Apa yang terjadi sekarang ini juga menunjukkan kepada kita, bahwa ibadah puasa yang dijalankan selama sebulan penuh jelas gagal. Karena tidak mampu mengantarkan seseorang meraih derajat ketakwaan dan mengubah menjadi muslim sejati yang menjadi tujuan utama puasa.

Padahal banyak sekali pelajaran berharga yang bisa kita jadikan ukuran seberapa tinggi nilai prestasi ibadah kita. Kata para ulama keberhasilan seseorang di bulan Ramadan itu diukur dengan amal perbuatannya setelah bulan Ramadan. Orang yang berhasil mendapat ampunan dan mendapatkan pahala yang besar akan semakin rajin beribadah dan semakin baik akhlaknya.

Sebaliknya orang yang tidak mendapatkan ampunan akhlak perbuatannya tidak akan berubah bahkan mengalami kerugian di bulan Ramadan.

Banyak orang yang mengatakan, ketika kita masuk bulan Syawal berarti kita menuju kemenangan dalam melawan hawa nafsu. Kita dikatakan kembali suci. Namun, benarkah kita meraih kemenangan tersebut? Benarkah kita kembali suci setelah beribadah puasa sebulan penuh?

Tentu saja, pertanyaan-pertanyaan tersebut kembali kepada diri kita, apakah selama bulan Ramadan kita betul-betul tulus dalam beribadah, apakah puasa yang kita jalankan betul-betul atas dasar iman dan semata-mata hanya mencari ridha Allah SWT? Jika kita tidak demikian, maka kita termasuk orang-orang yang gagal dalam meraih kemenangan bulan Ramadan.

Baca Juga: Teks Khutbah Jum’at Ramadhan: Cara Menjumpai Malam Lailatul Qadr

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Di bulan Syawal ini, marilah kita intropeksi diri dan melakukan evaluasi terhadap nilai amal ibadah, dengan tujuan agar setelah Ramadan berlalu kita menjadi lebih baik daripada sebelum Ramadan. Alangkah naifnya kita ini, sudah diberi kesempatan di bulan suci yang penuh ampunan dan rahmat, masih saja tidak berubah atau mungkin lebih parah. Hari ini harus lebih baik daripada kemarin. Kegagalan masa lalu harus kita jadikan pelajaran berharga dan tidak akan kita ulangi lagi. Kita harus ingat peringatan Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia.”

Kemudian apa yang mesti kita lakukan untuk memulai lembaran baru di bulan Syawal ini?

Berangkat dari kaidah umum dari hadits Nabi SAW tersebut, dan mengingat makna bulan Syawal, maka yang harus kita adalah istiqamah yaitu menetapi agama Allah SWT dan berjalan lurus di atas ajarannya. Sebagaimana yang di perintahkan:

فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ – ١١٢

Artinya: “Maka, tetaplah (di jalan yang benar), sebagaimana engkau (Nabi Muhammad) telah diperintahkan. Begitu pula orang yang bertobat bersamamu. Janganlah kamu melampaui batas! Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Hud: 112)

Bentuk istiqamah dalam amal ibadah adalah dengan mengerjakan secara terus-menerus. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Nabi SAW, bahwa beliau SAW bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ

Artinya: “Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah SWT adalah yang terus menerus (kontinu) meskipun sedikit.” (HR Bukhari & Muslim)

Istiqamah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus. Berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan teguh. Tidak mudah goyah dalam keadaan bagaimana pun. Sifat yang mulia ini menjadi tuntutan Islam seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

“Katakanlah (Wahai Muhammad), ‘Sesungguhnya Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepada Aku bahwa Tuhan kamu hanyalah Tuhan yang satu; maka hendaklah kamu teguh di atas jalan yang betul lurus (yang membawa kepada mencapai keredhaan-Nya).” (QS Fushilat:6)

Istiqamah merupakan daya kekuatan yang diperlukan sepanjang hayat manusia dalam melaksanakan tuntutan Islam, mulai dari amalan hati, amalan lisan dan anggota tubuh badan. Jelasnya, segala amalan yang dapat dirumuskan dalam pengertian ibadah baik fardhu ‘ain atau fardhu kifayah keduanya memerlukan istiqamah. Istiqamah juga merupakan sikap jati diri yang teguh dan tidak berubah oleh pengaruh apapun. Sikap ini akan memotivasi seseorang untuk terus berusaha dalam mencapai kesuksesan di segala bidang. Bidang agama, politik, ekonomi, pendidikan, penyelidikan, perusahaan perniagaan, dan lain-lain.

Istiqamah dalam meneguhkan iman dan melaksanakan kebajikan akan mendatangkan kebahgiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an.

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah SWT,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya (surga) kamu akan memperoleh apa yang kamu sukai dan apa yang kamu minta. (Semua itu) sebagai karunia (penghormatan bagimu) dari (Allah SWT) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Fussilat: 30-32)

Hadirin Jemaah Jumat rahimakumullah,

Jika demikian halnya maka amal-amal yang telah kita biasakan di bulan Ramadan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya. Membaca Al-Qur’an setiap hari, salat malam yang sebelumnya kita lakukan dengan Tarawih, di bulan Syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan salat Tahajud dan Witirnya. Infak dan sedekah yang telah kita lakukan juga kita pertahankan.

Demikian pula nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat di bulan Ramadan. Kita tak takut lapar dan sakit karena kita bergantung pada Allah SWT selama puasa Ramadan. Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan Allah SWT (ma’iyatullah). Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang meliputi keyakinan, ma’iyatullah, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal dan seterusnya. Bukan malah menipis kemudian hilang seketika!

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Memang tidak banyak amal khusus di bulan Syawal dibandingkan bulan-bulan lainnya. Akan tetapi, Allah SWT telah memberikan kesempatan berupa satu amal khusus di bulan ini berupa puasa Syawal. Ini juga bisa dimaknai sebagai tolok ukur dalam rangka meningkatkan ibadah dan kualitas diri kita di bulan Syawal ini. Dan keistimewaan puasa sunnah ini adalah, kita akan diganjar dengan pahala satu tahun jika kita mengerjakan puasa enam hari di bulan ini setelah sebulan penuh kita berpuasa Ramadan.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامُ الدَّهْرِ

Artinya: “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun.” (HR Muslim)

Bagaimana pelaksanaannya? Apakah puasa Syawal harus dilakukan secara berurutan atau boleh tidak?

Sayyid Sabiq di dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa menurut pendapat Imam Ahmad, puasa Syawal boleh dilakukan secara berurutan, boleh pula tidak berurutan. Dan tidak ada keutamaan cara pertama atas cara kedua. Sedangkan menurut madzhab Syafi’i dan Hanafi, puasa Syawal lebih utama dilaksanakan secara berurutan sejak tanggal 2 Syawal hingga 7 Syawal. Lebih utama.

Jadi, tidak ada madzhab yang tidak membolehkan puasa Syawal di hari selain tanggal 2 sampai 7, selama masih di bulan Syawal. Ini artinya, bagi kita yang belum melaksanakan puasa Syawal, masih ada kesempatan mengerjakannya. Akan tetapi, hendaknya kita tidak berpuasa khusus di hari Jumat tanpa mengiringinya di hari Kamis atau Sabtu karena adanya larangan Rasulullah SAW yang juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani.

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Demikianlah khutbah yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga menjadi spirit bagi kita semua untuk lebih meningkatkan mutu ibadah, baik ibadah spiritual maupun ibadah sosial. Kita memohon kepada Allah SWT, semoga keberkahan Ramadan terus menyertai kita, meskipun kita telah meninggalkannya. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ

اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Komitmen takwa kepada Allah SWT hanyalah diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman.

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa perilaku takwa akan mudah kita raih kalau kita memiliki keimanan yang kuat kepada Allah SWT.

Ketakwaan kepada Allah SWT merupakan bagian dari konsekuensi dari keimanan kita kepada-Nya. Iman tanpa diiringi perilaku takwa, yaitu berupa ihsan, maka sesungguhnya keimanan tersebut tidak sempurna adanya.

Oleh karena itu, marilah terus kita pelihara dan perkuat iman kita, dan selanjutnya diwujudkan dengan ketakwaan kita yang semaksimal mungkin, sesuai batas kemampuan yang kita miliki.

Akhirnya, marilah kita berdo’a kepada Allah SWT, dengan penuh ketundukkan dan kekhusyu’an hati, agar kita senantiasa mendapatkan ampunan, hidayah dan bimbingan-Nya.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله محمد كما صليت وسلمت على إبراهيم وعلى آله إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد.

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَالله اِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يذكركم وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

Demikian teks Khutbah jumat, hakikat kemenangan di bulan Syawal.***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor: Abdul Majid

Tags

Terkini

Terpopuler