Teks Kultum Ramadhan 2023: Hikmah Puasa agar Terhindar dari Fitnah dan Berita Bohong

12 Maret 2023, 18:30 WIB
Teks Kultum Ramadhan 2023: Hikmah Puasa agar Terhindar dari Fitnah dan Berita Bohong. /Pixabay / RiZeLLi.

Pedoman Tangerang - Berikut ini adalah bacaan kultum Ramadhan 2023 (kuliah tujuh menit) yang berjudul "Hikmah Puasa agar terhindar dari fitnah dan berita bohong " simak selengkapnya.

Simak kultum Ramadhan 2023 berikut ini.

Tindakan intoleransi kepada kelompok lain, karena perbedaan agama, politik, keyakinan, etnis, budaya dan lain-lain, kini semakin marak terjadi di tengah masyarakat.

Baca Juga: Kultum Ramadhan 2023: Meningkatkan Ketaqwaan dengan Membangun Sikap Jujur dalam Kehidupan

Akibat dari tindakan ini, membuat munculnya suasana disharmoni, dan bahkan konflik antara kelompok satu dengan kelompok lain.

Tindakan saling hujat, pengerahan demo, saling caci, saling fitnah, mangaku paling Pancasilais dan kelompok lain anti Pancasila, kini semakin merajalela.

Banyaknya fitnah dan berita bohong di media sosial, kini semakin menambah tajamnya permusuhan antar kelompok yang berbeda kepentingan.

Padahal, sejatinya masyarakat harus bisa lebih cerdas melihat kualitas berita (informasi), agar jangan sampai terjebak pada permusuhan dan konflik.

Sebagaimana Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 6).

Demikian pula dalam konteks bernegara betapa pentingnya kita menjaga ucapan dan menyebarkan berita untuk menjaga kerukunan di tengah menyarakat.

Ucapan kebencian dan permusuhan kini begitu mudah muncul yang membuat kegalauan dan ketakutan luar biasa di tengah masyarakat.

Ucapan makar, anti Pancasila, radikal, melepaskan diri dari NKRI begitu banyak muncul dalam pemberitaan media.

Apa sesungguhnya yang salah dalam cara pikir dan budaya masyarakat saat ini sehingga begitu mudah tersulut kebencian dan saling fitnah.

Padahal selama ini masyarakat Indonesia terkenal sangat toleran, rukun, pemaaf, dan saling menghargai di tengah perbedaan yang ada.

Mengapa kini muncul fanatisme politik yang berlebihan, semangat kedaerahan yang berlebihan, dan perdebatan yang cukup melelahkan karena perbedaan warna politik.

Padahal dalam al-Qur’an sudah dijelaskan bagaimana cara berdebat yang baik dan bagaimana cara mengajak masyarakat pada jalan kebaikan.

Allah Swt berfirman:

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. an nahl [16]: 125).

Kalau tokoh-tokoh politik dan tokoh-tokoh agama mampu menerapkan cara yang santun dalam berdebat dan menyikapi perbedaan pendapat tentu tidak akan muncul tindakan intolerasi di tengah masyarakat.

Kasus-kasus intoleransi yang terjadi saat ini harus diurai dengan akal sehat dan pikiran yang jernih demi keutuhan bangsa.

Tidak boleh ada satu kelompok yang merasa lebih Pancasilais dari kelompok lain, dan menuduh kelompok lain itu anti Pancasila, radikal dan membuat makar.

Kalau tindakan intoleransi yang marak saat ini tidak segera diatasi dengan baik, akan bisa menjadi “bom waktu” yang akan mengoyak semangat nasionalisme dan persatuan bangsa.

Pemerintah tentu harus mampu bertindak adil dan jujur dalam mengatasi setiap persoalan yang ada di tengah masyarakat.

Jangan ada kelompok yang dibiarkan membuat keonaran, sementara kelompok lain dicari-cari kesalahannya dan begitu mudah memberi label makar.

Ini tentu tindakan konyol dan akan membuat prahara bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sesungguhnya budaya masyarakat Indonesia yang pluralistik ini terkenal sangat toleran, santun, dan menghargai perbedaan yang ada.

Kemauan untuk menghargai dan menghormati perbedaan adalah merupakan bagian dari kebudayaan yang sangat luhur.

Masyarakat yang menghargai nilai-nilai budaya tidak akan terjebak pada konflik, karena bagi masyarakat yang berbudaya, perbedaan adalah suatu keindahan yang harus dipelihara dengan baik.

Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh akal budi manusia.

Akhirnya dalam momentum Ramadhan ini kita tidak hanya sekedar puasa dengan menahan lapar dan haus.

Namun di tengah kondisi bangsa yang kini terjebak pada bahaya intoleransi kita perlu puasa dari fitnah dan berita bohong.

Kita harus cerdas dan cermat menyebarkan informasi yang jujur dan sejuk agar bisa mencerdaskan masyarakat.

Sebaliknya, berita bohong dan fitnah sangat menyesatkan dan akan menimbulkan kerusakan yang luar biasa.

Demikianlah bacaan kultum (kuliah tujuh menit) Ramadhan 2023. Semoga bermanfaat.***

Editor: Bustamil Arifin

Tags

Terkini

Terpopuler