Dahsyatnya Shalawat Badar Sukses Bungkam PKI di Tahun 60an

15 Juli 2022, 11:40 WIB
Kyai Ali Manshur ciptakan Shalawat Badar untuk lawan PKI /Facebook/Generasi Muda NU/Generasi Muda NU

Pedoman Tangerang - Shalatullah salamullah alaa thaha rasulillah. Shalatullah salamullah alaa yasin habibillah. Siapa yang tak kenal Shalawat Badar? Shalawat yang paling digemari dan dinyanyikam oleh Muslim Indonesia baik di masjid, majelis ta'lim, bahkan sekedar iseng dilantunkan saat tengah melakukan perjalanan.

Namun tahukah anda bahwa Shalawat Badar ini memiliki sejarah yang cukup heroik. Ia adalah shalawat yang digunakan oleh ulama Nusantara untuk menentang dominasi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Para Kyai dan santri pada dekade 50-60an merasakan betapa kuat pengaruh PKI di desa-desa.

Banyak petani, buruh, wong cilik yang ikut jadi PKI dan banyak warga desa yang simpati pada PKI.

Baca Juga: Divonis Sesat oleh Para Ulama, Ini Jawaban Cerdas Nasruddin Hoja

Untuk menangkalnya, warga NU melantunkan Shalawat Badar sebagai tabaruk dan tawassul kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw dan para sahabat ahli badar.

Berawal dari Kegelisahan 

Ia adalah Kyai Ali Manshur, lahir di Kota Jember pada tahun 1921 dari keluarga ulama yang taat pada agama.

Sedari muda, Kyai Ali Manshur sudah bertekad untuk fokus belajar dan mencari ilmu. Ia belajar dari pesantren ke pesantren.

Dari Pesantren Lirboyo lalu pergi ke Pesantren Lasem, bermula dari Pesantren Termas Pacitan, hingga berakhir di Pesantren Tebuireng Jombang.

Baca Juga: Syekh Siti Jenar, Wali Allah Yang Berasal dari Seekor Cacing?

Selama menjadi santri, sudah terlihat bakat Ali muda dalam hal bernyanyi dan bersyair.

Ia gunakan kepandaiannya untuk menulis syair-syair yang memuji Allah dan Rasul mulia.

Ketika dewasa, Kyai Ali terpilih sebagai anggota konstituante untuk mewakili Partai NU.

Pada saat terjun ke masyarakat dan dunia politik barulah ia prihatin.

Masyarakat sudah mulai menjauhi keyakinan agama dan PKI dengan filsafat materialisme mendoktrinasi agar rakyat memihak mereka.

Baca Juga: Download Lagu MP3 Gratis dari Youtube, TikTok Mudah dan Cepat di Y2Mate, Cara Unduh Music Legal

Keprihatinan ini makin membuat Kyai Ali sedih. Lagi PKI, 'Genjer-genjer' terus diputar di radio, panggung politik, bahkan pembukaan ludruk/wayang orang.

Lagu Genjer-genjer gubahan Moch. Arief seorang seniman asal Banyuwangi, pada mulanya adalah lagu rakyat untuk menggambarkan kesengsaraan zaman Jepang 

Sebagai seniman yang bermasyarakat, Arief ingin memberitahu lewat seni bahwa daun genjer yang dianggap hama sebenarnya bisa dikonsumsi sebagai pengganti nasi.

Namun oleh PKI lagu ini digunakan untuk menarik simpati rakyat dan mempropagandakan bahwa lagu itu identik dengan mereka.

Baca Juga: Tragedi Baku Tembak di Rumahnya, Irjen Pol Fredy Sambo Menangis Saat Temui Irjen Fadli Iman

Kegelisahan Kyai Ali Manshur karena kuatnya PKI makin besar.

Hingga pada suatu malam beliau bermimpi didatangi oleh para habib putih-hijau.

Semakin mengherankan lagi, karena di malam yang sama istri beliau , Nyai Khotimah binti H. Ahmad Faqieh mimpi bertemu Rasulullah Saw
Keesokan harinya, beliau segera datang kepada salah satu ulama besar ketika itu, Habib Hadi Al-Haddar Banyuwangi.

Ditanyakanlah perihal mimpi itu, “Itu Ahli Badar, wahai saudaraku,” jawab Habib Hadi.
Peristiwa aneh ini kemudian menginspirasi beliau untuk menggubah syair untuk memohon pertolongan Allah, Rasulnya dan Ahli Badar untuk melawan penjahat-penjahat politik yang ingin menekan agama Islam.

Sholatullah Salamullahi

'Alaa Yasiin Habibillah

Tawasalna Bibismillah

Wabil Hadi Rosulillah

Wakulli Mujahidin lillah

Bi Ahlil Badri Ya Allah

 

Kyai Ali kemudian menyerahkan naskah syairnya ke berbagai majelis, kyai dan pesantren agar para ulama, santri, dan masyarakat yang religius melawan fitnah politik dengan shalawat Nabi dan Ahli Badar.

Makin lama popularitas Shalawat Badar makin diakui. Liriknya yang indah dan mudah dihafal, nadanya yang empuk tapi sederhana, tak sadar membuat orang ikut bernyanyi ketika shalawat ini dilantunkan.

Baca Juga: Kutuk Rusia di Forum G20, Menkeu Amerika: Mereka Bertanggungjawab Penuh atas Krisis Global

Shalawat Badar akhirnya diterima oleh masyarakat sehingga berhasil menandingi lagu PKI 'Genjer-genjer'.

Bila melihat isi shalawatnya maka tak bisa lepas dari kondisi zaman saat itu. Banyak rakyat yang susah mencari makan karena perang sesama anak bangsa.

Dalam keputusan Muktamar ke-28 NU di Krapyak, Yogyakarta, Shalawat Badar dikukuhkan menjadi Mars Nahdlatul Ulama (NU).

Keputusan ini ditegaskan kembali oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat menjabat ketua PBNU pada Muktamar ke-30 di Lirboyo Kediri. Pada Harlah ke-91 NU, Kiai Ali juga dianugerahi tanda jasa Bintang Kebudayaan atas karyanya ini.***

Editor: R. Adi Surya

Tags

Terkini

Terpopuler