Mungkin atas dasar itu pula Samsudin mengaku tengah membangun pesantren tapi akhirnya terhenti karena masalah yang kini membelitnya gara-gara aksi Pesulap Merah.
“Kalau untuk [kerugian] pribadi nggak masalah. Ini untuk pondok pesantren. Ponpes, kan, sedang dalam tahap pembangunan,” kata Samsudin.
Dia juga mengaku kini memiliki banyak pengikut yang dia sebut dengan santri. Mereka diajari kitab-kitab yang banyak dipakai di pesantren, seperti Sullam al-Taufiq dan Safinah.
“Banyak, ya (santri di Padepokan Nur Dzat Sejati). Karena ada bapak-bapak, ibu-ibu yang menitipkan anaknya. Di padepokan itu, mulai dari tempat tinggalnya, makannya, bahkan untuk bajunya itu gratis. Sama sekali tidak dipungut biaya,” ujar Samsudin.***