Ini Asal Usul Yang Sebenarnya Mengenai Bulan Suro

- 29 Juli 2022, 09:30 WIB
Malam Satu Suro, tradisi Kirab Kebo Bule Kyai Slamet untuk tolak bala
Malam Satu Suro, tradisi Kirab Kebo Bule Kyai Slamet untuk tolak bala /Tangkapan layar Instagram/ @yudakaringga

Banyak orang yang salah sangka bahwa ritual atau tradisi Satu Suro adalah perilaku syirik, padahal faktanya tidak begitu.

Tradisi 'Suroan' justru sebagai peringatan agar umat Islam semakin taat pada Allah dan mencintai Rasulullah dan keluarga sucinya.

Istilah "Suro" merupakan istilah yang diambil dalam kalender Islam, tepatnya hari kesepuluh di bulan Muharram, Asyura.

Asyura atau hari kesepuluh Muharram adalah hari duka karena Cucunda Rasulullah Muhammad Saw. Sayyidina Husein bin Ali ra dan keluarganya dibantai secara kejam.

Dikisahkan bahwa Sayyidina Husein, Cucunda Kanjeng Nabi Muhammad Saw menentang penguasa zalim Yazid bin Muawiyah yang dinobatkan sebagai Khalifah.

Pertentangan ini terjadi karena Yazid secara sepihak mengumumkan dirinya sebagai raja, padahal menurut aturan Islam, seorang Khalifah harus dipilih melalui musyawarah dan mendapat bai'at.

Sayyidina Husein yang menolak bai'at pada Yazid kemudian dibantai bersama dengan keluarga dan pengikutnya di Padang Karbala, dekat Sungai Eufrat, Irak.

Selain dibunuh, jenazah Cucunda Nabi juga dimutilasi dan kepalanya dibawa ke Damaskus untuk diserahkan kepada Yazid bin Muawiyah.

Karena tragedi di Padang Karbala itulah yang akhirnya membuat umat Muslim di seluruh dunia berduka di hari Asyura.

Karbala sendiri adalah akronim dari kata 'karbun' (duka cita) dan 'bala' (musibah).

Halaman:

Editor: R. Adi Surya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x