Di Solo, misalnya perayaan malam satu Suro terdapat hewan khas yang disebut kebo (kerbau) bule yang bernama Kyai Slamet.
Kebo bule menjadi salah satu daya tarik bagi warga yang menyaksikan perayaan malam satu Suro dan konon dianggap keramat oleh masyarakat setempat.
Kebo Bule Kyai Slamet. Bukan sembarang kerbau, karena hewan ini termasuk pusaka penting milik keraton.
Sedangkan di Yogyakarta, Perayaan tradisi peringatan malam satu Suro menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan.
Karenanya, pada malam satu Suro biasanya selalu diselingi dengan ritual pembacaan doa dari semua umat yang hadir merayakannya.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya.
Disepanjang bulan Suro, masyarakat Jawa dilarang untuk gembira, mengadakan pesta pora, menikahkan sanak famili, dan berpuasa dari kata-kata (tanpa bisu).
Tradisi yang menggambarkan kesuraman inilah yang menambah suasana di malam Suro menjadi 'mengidik'.
Sura dalam Perspektif Sejarah Islam
Menurut Penuturan Gus Muwafiq dalam ceramahnya di kanal YouTube Gus Muwafiq Channel, bahwa penamaan bulan Sura atau Suro adalah murni dari umat Islam.