CERPEN MINGGU: Medsos Killer

5 September 2021, 10:03 WIB
/

Pedoman Tangerang - [Selasa malam ini seperti malam biasanya. Mata lelah karena kerjaan menumpuk dan telinga panas mendengar ocehan para penyinyir, pengurus kehidupan orang].

Ellsya membuat postingan Facebook disertai foto dirinya dengan tumpukkan gunung berupa file dokumen di meja kantor dengan nama akun @Ellie44.

Berkisar beberapa menit gawai Ellsya sudah mendapat berbagai komen di notifikasi platform media sosial tersebut.

[Yaelah, baru begitu aja udah ngeluh. makanya jangan badan aja dilapangin noh hati juga!] komen @SansAjalah

[Merasa jadi beban? klik Ctrl + F aja sist, biar hidupmu ke-reset dari awal lagi. Wkwkwkwk] komen @kopian

Bagi Ellsya hari ini memang lebih amburadul dari sebelum-sebelumnya; omelan dari sang, tugas datang silih berganti tanpa henti, belum lagi komen para netizen yang makin tak berakhlak. “Dunia sudah tidak adil! Kalau kasus viral si Isabella Guzman aja para netizen banyak ngasih support dan empati, lah ini gue baru posting begitu enggak ngapa-ngapain orang malah yang datang hujatan,” gumam Ellsya menghela nafas. ”Andai aku terlahir seperti Afrodit, Dewi Kecatikan. Pasti tidak ada perundungan lagi.” gumamnya sambil membereskan berbagai alat tulis kantor yang berantakkan.

***

Saat Ellsya pulang ke Apartemen. Ia merasa ini merupakan ruang dengan penuh rasa tenang dan tenteram. Dia juga beranggapan kalau ruang ini adalah obat, Obat untuk terlindung dari para pem-bully yang meresahkan di kehidupannya. Benaknya sempat membisik kalau ia ingin sekali mengurung dirinya di kamar selamanya tapi gambaran itu kembali sirna. Akalnya menepis bisikan itu, “mana mungkin bisa seperti itu, memangnya aku tidak butuh makan?”

Walaupun apartemen dianggap benteng utama dan terakhir seperti yang dibicarakan di atas, namun masih terdapat masalah di sana. Ya, itu adalah media sosial, suatu platform yang  sudah terpatri di gawai Ellsya. Entah disadari atau tidak, Di zaman milenial seperti saat ini, medsos sudah menjadi bagian dari kehidupan. Dengan itu, dia dapat terhubung dengan manusia yang jauh, sangat jauh sampai Ellsya tidak mengenal dengan siapa ia sedang berinteraksi di platform media sosial tersebut. Tetapi ia tetap terhubung dan berinteraksi seperti layaknya teman yang saling mengenal.

Ellsya membuka pintu balkon kamar. Berjalan keluar sambil membawa gawai dan cemilan kripik kentang yang baru dibeli saat pulang kerja. Tidak lupa, dia selalu menyeret kursi kayu untuk duduk di balkon. Di sini dia dapat melihat pekatnya langit dan hiruk-pikuk masyarakat kota metropolitan di kala malam.

Kota ini memang tidak mengenal kata “istirahat”, yang ada hanya berhenti sejenak demi mengisi energi untuk dihabiskan kembali saat bekerja, sama seperti ocehan para netizen yang tidak mengenal lelah mem-bully orang sampai kuota internet mereka habis dan akan Kembali saat sudah Ellsya sekarang duduk di balkon, memandang panorama dunia luar.

Tetapi tetap saja pandangannya teralihkan oleh puluhan notifikasi dari berbagai sosial media yang berdatangan. dia mencoba membuka Facebook terlebih dahulu, dalam postingan tadi banyak komen dan emoticon react tertawa menanggapi postingan tadi. Kebanyakan dari mereka berkomentar seputar ke-lebay-annya dan mengejek tampilan fisiknya atau yang akrab dengan istilah ‘body shaming’. Melihat hal itu dia mencoba membalas berbagai komen negatif sebagai pembelaan. Namun, Ellysa tetap tidak sanggup meladeni semua komen netizen. Gerah akan itu semua, dia terpaksa menutup kolom komen pada postingannya.

Apa yang salah dariku, ya?” batin Ellsya.

Dia kembali menatap jagat langit yang bertabur bintang. Langit seperti memanggil Ellsya untuk bermain bersama bintang. Selain kedua orang tua yang sudah lama meninggalkannya, langit malam yang luas nan tenang adalah teman sanggup mendengar semua curhatan apa adanya. Baginya malam adalah sahabat terbaik sekaligus pendengar setia di kala air mata tak sanggup dibendung lagi. Ellsya suka malam hari.

Ellsya kembali membuka ponselnya. Jarinya tertuju ke aplikasi Instagram. Menghela nafas sejenak. Sedikit grogi dia mencoba membuat voting suara di instastory dan melampirkan foto teras balkon yang berlatar langit malam.

[Aku Lelah dengan semua ini, mana yang lebih baik untukku? D or L. voting ditutup 1 jam lagi.] tulis Ellsya dengan akun @Ell Angel

Puluhan vote mulai berdatangan dalam beberapa menit. Ellsya mempunyai 2000 lebih followers, tentu angka puluhan merupakan angka yang kecil dan masih belum bisa mewakili seluruh teman medsos-nya. Pada menit-menit awal banyak dari mereka memberi vote ‘L’ ketimbang ‘D’. Waktu terus bergulir, detik demi detik terus berjalan. 30 menit pasca voting dibuat sudah terisi 400 lebih suara. Posisi ‘D’ kini bukan lagi sebagai Runner up, ia mulai merangkak menuju puncak tertinggi voting. Memimpin saingannya ‘L’. Waktu terus berjalan jantung Ellsya juga berdebar semakin kencang tidak karuan, sampai ia harus menutup mata untuk meredam dag-dig-dug kengeriannya.

Waktu sudah membulat 60 menit penuh. Alarm pengingat berdering keras membuka mata Ellsya yang sedari tadi menutup mata. Dia menghela nafas dalam-dalam sebelum mematikan alarm. Dan hasil akhir dari 1576 vote yang masuk 69% memilih ‘D’ dan 31% untuk ‘L’. Sesuai dengan tekadnya, dia akan mengikuti suara voting itu.

[terima kasih semua] Ellsya memposting feed instagram ditambah emot senyum.

Ellsya mundur perlahan menjauh dari balkon. Meninggalkan kursi dan ponselnya di depan teras balkon. Kedua matanya menyaksikan jarak antara dia dengan balkon semakin menjauh. Kemudian lari. Lari dengan sepenuh tenaga menuju balkon. Dia berlari dan melompat tembok pembatas balkon. Ellsya melayang di udara di ketinggian 5 lantai. “Ya, bila reinkarnasi itu ada. Semoga aku menjadi kupu-kupu yang indah,” batinnya membisik.

BRAAK

Setelah kejadian nahas itu. Lingkungan apartemen yang sempat ditinggali Ellsya ramai oleh kerumunan warga sekitar dan dibatasi oleh segel garis police line. Hasil kajian sementara yang dilakukan oleh polisi adalah Ellsya meninggal bunuh diri mengikuti voting instagram.***

 

Penulis: Ahmad Bashori (Juara Terpilih Lomba Cerpen Tingkat Nasional)

Ahmad Bashori, Penulis Terpilih Lomba Cerpen Tingkat Nasional 2020.

 

Editor: R. Adi Surya

Tags

Terkini

Terpopuler