Tidak Biasa! Wanita Zimbabwe Pakai Kotoran Sapi Sebagai Pengganti Pembalut atau Menstrual Cup Saat Menstruasi

- 19 Juli 2022, 10:30 WIB
Wanita asal Zimbabwe gunakan Kotoran sapi sebagai pembalut
Wanita asal Zimbabwe gunakan Kotoran sapi sebagai pembalut /Diolah dari Google/

Pedoman Tangerang – Saat wanita mengalami menstruasi,tentu sangat membutuhkan sesuatu yang bisa mencegah kebocoran seperti pembalut ataupun menstrual cup.

Namun berbeda dengan seorang gadis berumur 19 tahun, Constance Dimingo, salah satu dari 72 persen anak perempuan yang berada di pedesaan Domboshava, Zimbabwe.

Dimingo mengaku menggunakan kotoran sapi sebagai pengganti pembalut ataupun menstrual cup lantaran Pembalut adalah salah satu barang mewah yang cukup sulit dibeli oleh para perempuan di Zimbabwe.

Baca Juga: Sangat Ampuh! 3 Tips Merawat Kulit agar Tetap Sehat Waktu Menstruasi

Baca Juga: Hebat! Negara Ini Sulap Pohon Pisang Disulap Jadi Pembalut Wanita Demi Kurangi Sampah Plastik

“Pembalut adalah barang mewah yang tidak dapat saya beli untuk anak perempuan saya,” kata nenek Vhene Gumedhe.

Tidak hanya pembalut, bahkan untuk membeli obat pereda nyeri juga tidak bisa. Alhasil ketika mereka merasa kesakitan atau nyeri karena mesntruasi, maka mereka harus menahannya.

Situasi tersebut memaksakan para perempuan di negara Afrika untuk menggunakan cara lain agar tidak terjadi kebocoran saat mereka menstruasi. Bahkan tidak hanya kotoran sapi, tetapi mereka menggunakan apa saja yang bisa ditemukan seperti dedaunan, koran, maupun pakaian.

“Sekarang, saya harus menggunakan apa saja yang bisa saya temukan, kotoran sapi, dedaunan, koran, dan pakaian, untuk menghentikan kebocoran darah," ucap Dimingo.

Bahkan Dimingo mengakui terakhir kali dia menggunakan pembalut kurang lebih tahun lalu.

“Saya terakhir memakai pembalut sebelum ibu saya meninggal tahun lalu,” ujarnya.

Dikatakan bahwa harga pembalut setara dengan 2 dollar AS atau sekitar Rp29 ribu. Harga tersebut tidak terjangkau oleh sebagian besar dari 3 juta anak perempuan yang sedang menstruasi, yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Maka untuk mencegah kebocoran, Dimingo dan para saudara perempuannya menggunakan kotoran sapi yang dibentuk menjadi gumpalan dan kemudian membiarkannya kering.

“Saya mengambil kotorannya, membentuknya dan membiarkannya kering agar mudah menyerap darah," ujar Dimingo.

Untuk menghindari rasa gatal dan iritasi terhadap kulit, Vhene menjelaskan kotoran sapi itu tidak langsung ditempel ke bagian pribadinya.

"Saya membungkus banyak pakaian di atasnya untuk menghindari gatal ketika diletakkan di pakaian dalam. Kemudian saya menunjukkan kepada mereka cara menutup bagian pribadi mereka untuk memblokir pendarahan," kata Vhene menjelaskan.***

Editor: Muhammad Alfin

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x