Network
Pedoman Tangerang - Mantan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Ahmad Saifulloh Bin Amir saat ini masuk dalam daftar buronan polisi. Ia terjerat kasus pencabulan terhadap dua murid perempuan di bawah umur.
Penetapan Saifulloh sebagai tersangka kasus pencabulan dilakukan pada Jumat, 10 Desember 2021. Sejak saat itu, ia dinyatakan kabur dan menghilang hingga sekarang.
Polisi pun lantas memasukkan Saifulloh ke Daftar Pencarian Orang (DPO) dan menyebarkan wajahnya kepada warga.
Baca Juga: Kumpulan Twibbon Hari Raya Nyepi 2022 Terbaru, Download Disini dan Pasang di Media Sosiala.
Kronologis pelecehan yang dilakukan Saifulloh berawal saat dirinya menjadi guru ngaji dengan dalih memberikan ilmu tenaga dalam kepada dua murid perempuannya itu.
Miris, kesempatan itu justru dimanfaatkan Saifulloh untuk memandikan korban dan mencabuli keduanya.
Di media sosial, warganet ramai membahas kasus tersebut setelah identitas pelaku terungkap dan menyebut tentang junjungan Saifulloh.
Salah satu pengguna Twitter dengan akun @Rizmaya__ mengatakan bahwa Saifulloh sama seperti junjungannya, tapi dia tidak menyebut secara langsung siapa yang dimaksud.
Baca Juga: Terungkap, Komnas HAM bongkar Video Penghuni Kerangkeng Alami Penyiksaan
Ia juga mendukung pihak kepolisian untuk segera menangkap dan menjebloskan Saifulloh ke penjara.
“Persis junjungannya… Cabul terus Kabur. Bravo @DivHumas_Polri Kejar dan jebloskan,” tulis @Rizmaya__ pada Selasa, 1 Februari 2022 sambil menyisipkan salah satu berita Saifulloh.
Netizen yang melihat postingan itu juga ikut menanggapi dengan membalas cuitan @Rizmaya__.
“Kan...??? Mmg cabul aja di otaknya,” ungkap @hs_meli***.
“Dikira wisata halal x ya mandiin santri Dasar otak mesum sesuai jinjingannya,” kata @Bg_Sal****.
Baca Juga: Amerika Sebut Saat Ini Pasukan Rusia Mulai Mlempem Hadapi Tentara Ukraina
“Guru kencing berdiri, murid kencing berlari ... Alhasil, dua?2;nya hobby melarikan diri,” ujar @NinaKusumaW****.
“Imam besarnya denger2 juga pernah chat cabul,” tulis @Rosad***.
Co-Writer: Maya Novalia Pulungan
Editor: Muhammad Alfin
