26 November Diperingati Sebagai Hari Tanpa Belanja, Maksudnya?

- 26 November 2021, 12:00 WIB
Cara Memperingati Buy Nothing Day atau Hari Tanpa Belanja Tanggal 26 November 2021
Cara Memperingati Buy Nothing Day atau Hari Tanpa Belanja Tanggal 26 November 2021 /Pixabay/

Pedoman Tangerang - Bulan November identik dengan Hari Pahlawan dan Hari Guru Nasional. Dua peringatan ini selalu ramai diperingati masyarakat Indonesia.

Ada lagi yang cukup dikenali yaitu Hari Ayah Sedunia yang jatuh pada 12 November. Meski tak seramai Hari Pahlawan dan Hari Guru, tapi hari yang satu ini masih familiar di benak masyarakat.

Sedangkan hari ini, 26 November 2021, tak banyak yang tahu bahwa ada hari besar pula, yakni Hari Tanpa Belanja Sedunia.

Hari Tanpa Belanja sedunia merupakan hari yang bertujuan untuk memerangi konsumerisme yang berlebihan. Pada hari tersebut, kita diharapkan menahan diri untuk tidak berbelanja sepanjang hari tersebut.

Hari Tanpa Belanja muncul pertama kali di Vancouver, Kanada pada bulan September 1992. Gerakan ini diinisiasi oleh seorang seniman bernama Ted Dave.

Setelah Kanada, kampanye ini kemudian menyebar ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, Israel, Austria, Jerman, Selandia Baru, Jepang, Belanda, Prancis dan Norwegia.

Selain bertujuan mengkampanyekan dampak konsumerisme yang berlebihan, Hari Tanpa Belanja juga dimaksudkan untuk mengurangi limbah yang terjadi akibat belanja online. Limbah ini bukan hanya mencakup kemasan pembungkus barangnya melainkan juga polusi kendaraan yang dihasilkan dari proses distribusinya.

Seperti yang kita tahu, pembungkus barang dalam sebuah transaksi belanja _online_ adalah sebuah plastik / wrap. Hal ini tentu membahayakan bumi jika terus menerus dilakukan tanpa adanya upaya penekanan.

Secara langsung Hari Tanpa Belanja bersumbangsih dalam menjaga bumi. Meski perayaannya hanya sehari, namun ini tetap berarti bagi kelangsungan ekosistem.

Selain berpengaruh terhadap ekosistem, tindak konsumtif juga beresiko meningkatkan kemiskinan. Perilaku belanja yang tidak mempertimbangkan aspek kebutuhan (hanya mengedepankan aspek keinginan) akan menguras keuangan lebih banyak. Jika tidak dibarengi dengan produktifitas kerja yang baik, taraf kesejahteraan ekonomi pun menurun.

Halaman:

Editor: Ahmad Rafid Fadli Mukhtar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x